Sabtu, 03 Mei 2014

ALASAN KENAPA AKU GAK MAU NYANYI



 halo haloooooo bloger... gak penting sih sebenarnya. cuma ini video iseng aja buat ngejawab banyak pertanyaan yang sama soal kenapa aku gak mau nanyi. ini dia guys jawabannya

http://www.youtube.com/watch?v=tfGo013y-jo&feature=share&list=UUSUmazRULUSqYmONfFimEkg

Kamis, 20 Maret 2014

iseng googling nama sendiri

haiiii cumir, hari ini aku lagi iseng ngegoogling nama lengkap aku, eh ternyata di beberapa deretan "pencarian" mbak google ada nongol website salah satu  fakultas kedokteran swasta di kota medan. agak senyum sederhana sedikit pas bacanya, ternyata isi websitenya itu tentang hasil seleksi penerimaan mahasiswa baru, jadi di situ dicantumkan semua nama calon mahasiswa kedokteran yang lulus di univ itu.  sebenarnya 3 tahun yang lalu aku juga daftar di univeristas lain di kota medan, yang sekarang menjadi kampus tempat aku menuntu ilmu. dan puji tuhan memang aku keterima di kedua kampus itu, cuma yaa gitu, aku milih kampus yang satu lagi. soal mana yang lebih bagus, menurut aku sih sama aja, kaarena kan tergantung mahasiswi nya. kalau kampusnya sih jadi fasilitator saja, yang jadi pemeran utamanya ya orang itu sendiri. yaudaahhh yaa mbae maskee.. monggo dibaca
sumber : http://nommensen-id.org/index.php/akademik/view/ODE-

 

HASIL SELEKSI PMB-UHN GEL. II - Kedokteran

HASIL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (PMB)
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN GELOMBANG II
FAKULTAS KEDOKTERAN
T.A. 2011/2012
PMB ID Nama Program Studi Lulus Ujian (Yes/No/Cadangan)
KD-111-2-001 Darwin Samuel Zagoto KD Y
KD-111-2-002 Fernando Siregar KD Y
KD-111-2-003 Ester Ramayanti Wulandari KD N
KD-111-2-004 Intan Debora Sitorus KD C
KD-111-2-005 Cynthia Donarta Tarigan KD Y
KD-111-2-006 Jimmy Harrison Nababan KD N
KD-111-2-007 Hosanna Anissa Ayala Silaban  KD Y
KD-111-2-008 Sofyan Santo Petrus Simbolon KD N
KD-111-2-009 Gregorius Raja Bestwan Pratama Purba KD Y
KD-111-2-010 Yonada Christianto Sigalingging KD Y
KD-111-2-011 Rolas Boy Siburian KD Y
KD-111-2-012 Wydelia Noniat Ziliwu KD N
KD-111-2-013 Desy Deria Tanjung KD N
KD-111-2-014 Andre Hotmartahan KD Y
KD-111-2-015 Fitri Debora Harefa KD N
KD-111-2-016 Riris Karolina Silitonga KD N
KD-111-2-017 Hilda Lamtia Stephanie Pasaribu KD N
KD-111-2-018 Rima Iska Marito Marbun KD Y
KD-111-2-019 Laura Nova Chyntia Purba KD Y
KD-111-2-020 Mona Lita KD Y
KD-111-2-021 Septiana Manullang KD Y
KD-111-2-022 Eunike Firyanti Tampubolon KD Y
KD-111-2-023 Jhon Wasion Tumangger KD Y
KD-111-2-024 Christoffel Micael Ibrahim Sitanggang KD C
KD-111-2-025 Fransiskus Gomgomi Samosir KD Y
KD-111-2-026 Helda Inggriawita KD Y
KD-111-2-027 Lambas Ria Sihite KD N
KD-111-2-028 Armita Sari Batu Bara KD Y
KD-111-2-029 Serevina Maharany Simanullang KD C
KD-111-2-030 Agung Paranata Damanik KD Y
KD-111-2-031 Ervina Pratiwi KD Y
KD-111-2-032 Cundalex Manurung KD N
KD-111-2-033 Endang Monasanti KD C
KD-111-2-034 Omega Tiorina Saragih KD Y
KD-111-2-035 Peniel Hutabarat KD C
KD-111-2-036 Tince Susantri Saragih KD Y
KD-111-2-037 Marta Sihombing KD Y
KD-111-2-038 Elisa Santiara Br Siahaan KD Y
KD-111-2-039 Dora Kristi Agustini Saragih KD Y
KD-111-2-040 Fetty Novembrin Sijabat KD Y
KD-111-2-041 Sarana Christin Saragih KD Y
KD-111-2-042 Daniel Hasibuanhttp://nommensen-id.org/index.php/akademik/view/ODE- KD Y
KD-111-2-043 Mona Junrini KD Y
KD-111-2-044 Tiouli Pebrina Sinaga KD C
KD-111-2-045 Wilda Florentina. S KD Y
KD-111-2-046 Inggrid Feby Silaban KD Y
KD-111-2-047 Putri Lidia Priskila KD Y
KD-111-2-048 Harry Ferdinan W. Padang KD N
KD-111-2-049 Eric Soneri Marbun KD C
KD-111-2-050 Maria Rully Stella KD Y
KD-111-2-051 Tommy Firman Samuel L. Tobing KD Y
KD-111-2-052 Carolus Eko Sanjaya KD Y
KD-111-2-053 Jainal Martin Lumbantoruan KD C
KD-111-2-054 Lorentina Panjaitan KD Y
KD-111-2-055 Halimah Tussyakdiah Nasution KD N
KD-111-2-056 Elwistrihady KD Y
KD-111-2-057 Magdalena Gultom KD Y

Konjungtivitis



B A B I
P E N D A H U L U A N

1.1            Latar Belakang Masalah
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata.Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata.Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair.Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit.Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata.Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan.Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung.Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair.Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak.Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.
Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala.Tablet atau tetes mata antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis alergi.Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata.Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa kontak.Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata.
Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius.Untuk itu tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis.



















B A B II
I S I

2.1      Anatomi Mata
Orbita digambarkan sebagai piramid berdinding empat yang berkonvergensi ke arah belakang.Dinding medial orbita kiri dan kanan terletak paralel dan dipisahkan oleh hidung.Pada setiap orbita, dinding laretal dan medial membentuk sudut 45 derajat. Tulang pembentuk orbita:
1.     Os. Frontal
2.     Os. Spenoidal
3.     Os. Zygomaticus
4.     Os. Palatinum
5.     Os. Maxila
6.     Os. Ethmoidales
7.     Os. Lakrimalis



Orbita berbentuk buah pir, dengan nervus optikus sebagai tangkainya.Lingkaran anterior lebih kecil sedikit daripada lingkungan di bagian dalam tepiannya yang merupakan pelindung yang kuat.Volume orbit kira-kira 30cc dan bola mata hanya menempati seperlima bagian ruangan, selebihnya diisi lemak dan otot.Pada bagian anterior, terdapat septum orbitae (pemisah antara palpebra dan orbita). Orbita berisi:
o    Otot penggerak bola mata
o    N. Optikus
o    Glandula Lakrimalis
o    Lemak

Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas.Sinus maksilaris di bawah, sinus ethmoidalis dan sinud sphenoid di medial.Dasar orbita yang tipis mudah rusak oleh trauma langsung terhadap bola mata sehingga menimbulkan “fraktur blow-out” dengan herniasi isi orbita ke dalam antrum maksilaris.Infeksi pada sinus ethmoidalis dan sphenoid dapat mengikis dinding medialnya yang setipis kertas (lamina papyracea) dan mengenai orbita. Defek pada atapnya (misal: neurofibromatosis) dapat berakibat timbulnya pulsasi pada bola mata yang berasal dari otak.

Dinding Orbita
o    Atap orbita => terdiri dari facies orbitalis osis frontalis. Di bagian anterior lateral atas, terdapat fosa lakrimalis yang berisi kelenjar lakrimal. Di posterior atap, terdapat ala parva osis sphenoid yang mengandung kanalis optikus.
o    Dinding lateral => dipisahkan dari bagian atap oleh fisura ortalis superior yang memisahkan ala parva dan ala magna osis sphenoidalis. Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitalis osis zygomatici (malar), merupakan bagian terkuat orbita.
o    Dasar orbita => dipisahkan dari dinding lateral oleh fisura orbitalis inferior. Bagian dasar yang luas terbentuk dari pars orbitalis osis maksilaris (merupakan tempat yang paling sering terjadinya fraktur). Processus orbitalis osis platini membentuk daerah segitiga kecil pada dasar posterior.

Apeks Orbita
merupakan tempat masuknya semua saraf dan pembuluh darah ke mata serta merupakan tempat asal semua otot ekstraokuler kecuali obliquus inferior.
o    Fisura orbitalis superior  => 
    • vena ophthalmika superior, nervus lakrimalis, frontalis, dan trabekularis => berjalan di bagian lateral fisura (di luar anulus Zinn)
    • Ramus superior dan inferior nervus okulomotorius, nervus abducens dan nasosiliaris => berjalan di bagian medial fisura (di dalam anulus Zinn)
    • Vena ophthalmika superior sering bergabung dengan vena ophthalmika inferior sebelum keluar dari orbita.
o    Kanalis Optikus (di dalam anulus Zinn) => dilalui nervus optikus dan arteri ophthalmika

Perdarahan
Arteri Carotis Interna => Arteri Opthalmika (berjalan dengan nervus optikus menuju optikus menuju orbita dan bercabang)
o   Arteri Retina Sentralis (cabang intraorbita pertama, memasuki nervus optikus sekitar 8-15mm di belakang bola mata.
o   Arteri Lakrimalis => perdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas.
o   Arteri Siliaris Posterior Longa dan Brevis (cabang muskularis ke berbagai otot orbita)
Longa => perdarahi korpus siliare dan beranastomose dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.
o   Brevis => perdarahi khoroid dan bagian nervus optikus.
o   Arteri Siliaris Anterior (cabang muskularis menuju muskuli recti) => perdarahi sklera, episklera, limbus,  konjungtiva.
o   Arteri Palpebralis (cabang ke kelopak mata) 
ACPL (Artery Cyliaris Posterior Longus) + ACA (Artery Cyliaris Anterior) => Di pangkal iris membentuk sirkulus arteriosus mayor.

Bola Mata

Bola mata dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter anteroposterior sekita 24, 5 mm. Pada saat payi, panjangnya 16,5 mm. Bola mata dewasa normal hampir memendek.



Konjungtiva

Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus:
1. Permukaan posterior kelopakmata => konjungtiva palpebralisK. Palpebralis melekat erat ke tarsus
2. Permukaan anterior sklera => konjungtiva bulbaris
K. bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali.Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.Kecuali di limbus (tempat kapsul tenon menyatu dengan konjungtiva sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar dengan kapsul tenon dan sklera di bawahnya.
3 Konjungtiva fornik
Perdarahan konjungtiva tarsal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Persarafannya berasal dari cabang pertama nervus V.

Kapsul Tenon (Fascia Bulbi)

Kapsula tenon merupakan membran fibrosa yang membungkus bola mata dari limbus sampai ke nervus optikus. Di dekat limbus, konjungtiva-kapsula tenon-dan episklera menyatu.Segmen bawah kapsula tenon tebal dan menyatu dengan fasia muskulus rektus inferior dan muskulus obliquus inferior membentuk ligamentum suspensorium bulbi (ligamentum lock-wood), tempat terletaknya bola mata.
Sklera dan Episklera
 


Sklera merupakan 5/6 bagian dinding bola mata berupa jaringan kuat yang berwarna putih.Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh lapisan tipis jaringan elastik halus yang disebut episklera.Dibagian anterior, sklera bersambung dengan kornea dan dibagian belakang bersambung dengan duramater nervus optikus.Beberapa sklera berjalan melintang bagian anterior nervus optikus sebagai Lamina Cribrosa.Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf siliaris.Episklera banyak mengandung pembuluh darah.Lapisan pembungkus mata bagian luar :
1.      Episklera
2.      Sklera
3.      Lamina Fusca=> lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera yang membentuk lapisan luar ruang suprakoroid.

Kornea

Kornea merupakan lapisan transparan yang melapisi 1/3 depan bola mata. Permukaannya licin dan mengkilat.Lebih tebal di bagian pinggir dari pada sentral.Indeks biasnya 1,337 dengan daya refraksi + 42 dioptri.
Kornea bersifat avaskuler sehingga nutrisinya berasal dari pembuluh darah limbus, air mata, dan akuos humor.Dipersarafi oleh nervus ophthalmicus). Lapisan kornea :
1.      Epitel : terdiri dari 5-6 lapis sel berbentuk kubus sampai gepeng.
2.      Membrana Bowman : Lapisan jernih aseluler.
3.      Stroma : terdiri dari kumpulan sel yang membentuk jaringan ikat yang kuat.
4.      Membrana Dessement : sebuah membran jernih yang elastik, tampak amorf.
5.      Endotel : merupakan satu lapis sel berbentuk kubus.
Bila ada infeksi kronik, kornea akan memutih dan terbentuk vaskuler pada kornea.

Uvea

Uvea merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh sklera dan.Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Terdiri dari:
o    Iris
merupakan perpanjangan korpus siliare ke anterior. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot dilatator. Perdarahan iris berasal dari circulus mayor iris, persarafannya berasal dari serat di dalam nervi siliare.Iris berfungsi mengendalikan banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui N. Kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik.
o    Korpus Siliare
Korpus siliare dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi untuk produksi akuos humor.Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, radial.Fungsi serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat Zonula yang berorigo di lembah di antara prosesus siliaris.
o    Koroid
merupakan segmen posterior dari uvea, di antara retina dan sklera. Tersusun dari 2 lapis pembuluh darah




Lensa
Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna, dan hampir transparan sempurna.Lensa Kristalin => saat neonatal bentuknya hampir bulat dengan konsentrasi cair.Daya akomodasinya sangat kuat.Lensa kristalin ini tumbuh seumur hidup di ekuator lensa sehingga semakin tua lensanya semakin padat dan daya akomodasinya turun.
Saat dewasa, bentuknya cembung ganda, permukaan anterior lebih flat dibanding posterior. Diameter 9 mmm, tebal 4,5-6 mm. Warnanya bening keabuan, transparan, avaskuler. Daya refraksinya +16 dioptri, indeks bias 1,337.
Konsistensinya 65% air dan 35% protein (kristalin). Kandungan kalsium lensa lebih banyak dari pada jaringan tubuh lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah.Menggantung pada korpus siliare melalui Zonula Zinii. Di anteriornya terdapat akuos humor dan di posteriornya terdapat vitreus humor.

Aquous Humor



Akuos humor merupakan cairan yang mengisi COA, diproduksi oleh korpus siliare di COP (Camera Oculi Posterior) yang  selanjutnya mengisi COA dan diekskresi melalu trabukula. Sepuluh persennya diekskresikan melalui iris. Fungsi:
o    Nutrisi lensa dan kornea sampai epitel
o    Pertahankan TIO normal 10-20 mmHg.

Kamera Okuli Anterior (COA)

Sudut COA merupakan  terbentuk dari perifer kornea dengan akar iris, besarnya 45'. COA berisi cairan Akuos humor yang dihasilkan corpus siliaris. Garis Schwalbe merupakan tanda dari berakhirnya kornea.Jalinan trabekula terdapat di atas kanalis Schlemm.

Retina

Retina merupakan jaringan saraf tipis yang semi transparan, membentang dari papil saraf optic ke depan sampai Oraserata. Tebalnya 0,1 mm, dan semakin tebal pada bagian posterior. Pada retina terdapat :
o    Makula => merupakan pigmentasi kekuningan (Xantofil) yang membatasi arcade arteri retina sentralis sehingga Fovea menjadi avaskular
o    Fovea => merupakan bagian di tengah makula, merupakan cekungan sehingga menghasilkan pantulan khusus dengan ophthalmoscop yang disebut refleks fovea.
o    Foveola => bagian paling tengah dari Fovea. Seluruhnya berupa sel Cone/ Sel kerucut (sel foto reseptor) dan semakin ke perifer digantikan oleh sel Rod.

Vitreus

Korpus vitreus mengisi 2/3 bagian isi bola mata dan mempertahankan bentuknya selalu bulat.Konsistensinya 99% air dan berbentuk gel.

ADNEKSA MATA

Alis Mata

Alis mata merupakan lipatan kulit menebal yang ditutupi rambut. Lipatan kulit ini ditunjang oleh serat otot di bawahnya. Glabela merupakan prominentia tanpa rambut di antara alis.

Palpebra

Palpebra merupakan modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Struktur palpebra :
o    Lapisan Kulit => lapisan kulit luar, berbeda dengan kulit pada bagian tubuh lain karena lebih longgar, tipis, dan elastik. Terdapat sedikit folikel rambut dan lemak subkutan.
o    Muskulus Orbikularis Okuli => berfungsi untuk menutup palpebra. Dipersarafi oleh N. Facialis.
o    Jaringan Alveolar => jaringan aerolar submuskular yang terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli.
o    Tarsus => struktur penyokong utama palpebra berupa jaringan fibrosa padat. Terdapat tarsus superior dan inferior.
o    Konjungtiva Palpebra => selapis membran yang melekat pada tarsus di bagian posterior palpebra.

Tepian Palpebra:
1.      Tepian Anterior
o    Bulu mata
o    Glandula Zeis => modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
o    Glandula Moll => modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
2.      Tepian Posterior => bagian posterior palpebra  yang berkontak dengan mata dan di sepanjangnya bermuara dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (Glandula Meibom)
3.      Punktum Lakrimale

Aparatus Lakrimalis

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpRJ9jWSp0JXSuMAX3Km54EuWcP1T1SF5Q7eR0lQa3uaLAH73eLJbfLJmcPlCQ9LgJ0DfHoEWsJvwTDceSqiXjcI3hYCM7vOeXg5mB7piqB8QrH4KNeQLkTuMPppZKCfGmP4kCIt_Vr5nJ/s200/air+mata.jpg

Terdiri dari glandula lakrimalis > duktus sekretori > menyebar di permukaan mata > masuk ke punctum superior atau inferior > menuju kanalis superior atau inferior > menyatu di kanalis komunis > sakus lakrimalis > duktus lakrimalis > bermuara pada meatus inferior dari rongga nasal.Pasokan darah dari aparat lakrimal berasal dari arteria lakrimalis.

PERSYARAFAN MATA

Nervus Optikus

Nervus opticus merupakan kumpulan dari 1 juta serat saraf. Terdapat beberapa bagian :
o    Pars Intra Okuler. Terdapat papil saraf optik berwarna merah muda dengan diameter 1,5 mm, berbatas tegas, tempat keluar masuk arteri dan vena sentralis retina. Terdapat cekungan (cup) normal dibanding papil (disc) dengan C/D = 0,3.
o    Pars Intra Orbita. Keluar dari sklera, diameter 3 mm, panjang 25-30 mm. Berbentuk S dan berjalan dalam muskular memasuki foramen optikum 4-9 mm.
o    Pars Intra Kranial.Panjangnya 10 mm dan bergabung dengan nervus optikum sebelahnya membentuk kiasma optikum.

Ganglion retina dan aksonnya merupakan bagian dari susunan saraf pusat sehingga tidak dapat beregenerasi bila terpotong.Mendapat pasokan darah dari cabang arteri retina.

Kiasma Optikus

Kiasma dibentuk dari pertemuan kedua nervi optici dan merupakan tempat penyilangan serat-serat nasal ke tractus optikus. Kiasma menerima perdarahan dari circulus Willis.

Anatomi dan Fisiologi Otot Penggerak  Bola Mata
Untuk diagnosis kelainan pergerakan mata, diperlukan penentuan kedudukan atau posisi bola mata. Ada 9 posisi:
1.      Posisi primer => mata melihata lurus ke depan
2.      Posisi Sekunder => mata melihat lurus ke atas, bawah, kiri, dan kanan
3.      Posisi Tertier => mata melihat ke atas kanan, atas kiri, bawah kanan, dan bawah kiri.
Pergerakan bola mata dilakukan oleh 3 pasang otot mata luar.
1.      Otot rektus medius (N III = okulomotorius) => adduksi => gulirkan bola mata ke arah nasal
2.      Otot rektus lateral (N VI = abdusen) => abduksi => gulirkan bola mata ke arah temporal
3.      Otot rektus superior (N III)=> elevasi, adduksi, intorsi bola mata.
4.      Otot rektus inferior (N III)
5.      Otot oblik superior (N IV = troklear)
6.      Otot oblik inferior (N III)

Masing-masing otot rectus berorigo pada sklera di depan ekuator (bagian tengah mata). Masing-masing otot obliq berorigo pada sklera bagian lateral di belakang ekuator.Otot levator tidak termasuk otot mata karena tidak berorigo pada bola mata. Fungsi levator: Menaikkan bola mata.


2.2      Defenisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dengan ditandai dengan mata merah (Dorland, 2002).dimana batasnya adalah dari kelopak matahingga sebagian bola mata. Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis.  
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing, dan adenopatipreaurikular.
Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva.Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.

2.3      Klasifikasi
Berdasarkan onset / waktu terjadinya penyakit :\
·         Konjungtivitis Hiperakut
·         Noenatorum Gonoroe Conjunctivitis
·         Chemical Conjunctivitis
·         Adult Gonoroe Conjunctivitis
·         Konjungtivitis Akut
·         Cataralis Acute Conjunctivitis
·         Adult Inclusion Conjunctivitis
·         Blennorhoe Inclusion Conjunctivitis
·         Acute Follicular Conjunctivitis
o   Pharyngo Conjunctival Fever (PCF)
o   Epidemic KeratoConjunctivitis (EKC)
o   Herpes Simpleks Conjunctivitis (HSC)
o   New Castle Conjunctivitis (NCC)
o   Acute Haemorrhagic Conjunctivitis (AHC)
o   Inclusion Conjunctivitis
o   Other Clamidya Conjunctivitis
·         Konjungtivits Kronik
·         Konjungtivitis Trakoma
·         Konjungtivitis Non-Trakoma
Berdasarkan etiologi :
·         Konjungtivitis Bakteri
·         Konjungtivitis Klamidia
·         Konjungtivitis Virus
·         Konjungtivitis Alergi

2.4      Epidemiologi
Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan kedua gender.8 Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya.2 Konjungtivitis jarang menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau kerusakan struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan waktu kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. Sekitar 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea.8 Untuk konjuntivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum.Occular cicatrical pemphigoid dan konjungtivitis neoplasma jarang tampak.

2.5      Etiologi
1.      Konjungtivitis Bakterial
a.       Hiperakut (purulen) : Neisseria Gonnorhoea, N. Meningitis, N. Gonorrhoea sub kochii
b.      Akut (Mukupurulen): Pneumokokkus/ Strept Pneumoniae, Haemophillus Aegyptius (iklim tropik)
c.       Subakut :Haemophillus Influenzae (iklim sedang)
d.      Menahun : Staphilococcus aureus, Maxella Lacunata
e.       Lain-lain : Streptococci, Calliform, Corynebact.Diptheriae, M.
Tuberculose.
2.      Konjungtivitis Klamidial
a.       Trachoma (Chlamydia Trachomatitis Serotipe A-C),
b.      Konjungtivitis Inklusi (Chlamydia trachomatis Serotipe D-K),
c.       Limfogranuloma Venerum (LGV).
3.      Konjungtivitis Virus
a.       Konjungtivitis folikuler virus akut: demam faringokonjungtivitis (Adenovirus tipe 3 dan 7), kerotokonjungtivitis epidemika (Adenovirus tipe 8 dan 19), virus herpes simplex, konjungtivitis hemoragik akut (Enterovirus tipe 70)
b.      Konjungtivitis folikuler virus menahun : virus molluscum contagiosum
c.       Blefarokonjungtivitis karena virus : Varicella, herpes zoster.
4.      Konjungtivitis Ricketsia, Konjungtivitis non purulen dengan hyperemia.
5.      Konjungtivitis Fungal
a.       Eksudatif menahun : Candida
b.      Granulomatosa : Rhinosporidium Seeberi, Sporotix Schenckii.
6.      Konjungtivitis Parasitik,
Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun : Ascaris Lumbricoides, Taenia Solium, Schistosa Haemotobium, Loa-Loa.
7.      Konjungtivitis Immunologik (allergic)
a.       Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)
b.      Reaksi hipersensitivitas tertunda (seluler)
c.       Penyakit autoimun
8.      Konjungtivitis Kimia atau iritatif
a.       Latrogenik : miotika Idoxuridine, Obat topical lain, larutan lensa kontak
b.      Berhubungan denga pekerjaan : asam, basa, asap, angin, cahaya ultra violet, bulu ulat.
9.      Konjungtivitis Etiologi yang tidak dapat diketahui,
Folikulosis, Konjungtivitis folikuler menahun, psoriasis, dermatitis herpetiformis, Epidermolisis Bulosa, konjungtivitis Ligneosa.

2.6      Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang  juga berfungsi untuk  melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitis.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat,ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari faktor penyebab konjungtivitis dan faktor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis,dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya lokal dan sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar.Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel dan granuloma.Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva dan hipertrofi lapis limfoid stroma.Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan.Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengakakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores,panas,atau gatal. Sensasi ini mernagsang sekresi air mata.Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi dan menambah jumlah air mata.

2.7      Manifestasi Klinik

Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliaris
Kausa
Iritasi, Konjungtivitis
Keratitis, Iridosiklitis, Glaukoma Akut
Lokasi
Forniks ke limbus makin kecil
Limbus ke forniks makin kecil
Warna
Merah terang
Merah padam
Pembuluh darah
Bergerak dengan dengan konjungtiva
Tidak bergerak
Adrenalin
Menghilang
Menetap
Sekret
Sekret (+)
Lakrimasi (+)
Intensitas Nyeri
Sedikit
Nyeri
a.       Injeksi konjungtiva
Gejala ini adalah pelebaran arteri konjungtiva posterior, yang memberi gambaran pembuluh darah yang berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakk
b.      Folikel
Gejala ini adalah kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-kira 1mm. Tonjolan ini miripnvesikel. Gambaran permukaan folikel landi, licin abu-abu kemerahan karena adanya pembuluh darah dari pinggir folikel yang naik ke arah  puncak folikel. Di bawah folikel terdapat cairan keruh yang terdiri atas sebukan sel limfoid. Konjungtiva terutama forniks yang kaya akan jaringan limfoid mudah memberi reaksi pembentukan folikel. Karena itu iritasi biasa, seperti kena angin debu dapat menyebabkan terbentuknya folikel di forniks.Adanya beberapa folikel saja pada forniks tidaklah berarti suatu kelainan yang aktif.
c.       Papil raksasa (cobble-stone)
Terminologi ini adalah kata berasal dari bahasa inggris yang berarti batu krikil, yang biasanya tampak pada bagian tarsus superior.Cobble-stone berbentuk poligonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar. Pada cobble-stone pembuluh darah berasal dari bawah sentral
d.      Flikten
Adalah tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik dibawah epitel konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel mengalami nekrosis. Warna flikten keputih-putihan,padat dengan permuaan yang tidak rata. Di sekitarnya diikuti pembuluh-pembuluh darah.Flikten umumnya kecil, tetapi sering pula lebih besar dari 1 mm. Di atas flikten tidak terdapat pembuluh darah, flikten paling sering didapatkan di limbus.
e.       Membran
Merupakan massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar atau seluruh konjungtiva. Paling sering meutupi konjungtiva tarsal.Massa putih ini dapat berupa endapan sekret, sehingga mudah diangkat, dan ini sering disebut pseudomembran. Selain itu massa putih yang menutupi konjungtiva dapat berupa koagulasi dan nekrosiskonjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut membran.
f.       Sikatriks.
Yang perlu diketahui, sikatriks yang khas untuk trakhoma adalah berupa garis-garis putih halus pada konjungtiva tarsalis superior apabila sikatriks ini melewati pembuluh darah, maka pembuluh darah tersebutseolah-olah terputus.
capture-20131205-151837.jpg
2.8Diagnosa
a.       Anamnesis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia.
b.      Riwayat penyakit dahulu
Penyakit mata sebelumnya dan penggunaan lensa kontak
c.       Riwayat keluarga
Riwayat dalam keluarga seperti glaukoma
d.      Pemeriksaan fisik
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.

2.9Pemeriksaan Penunjang
a.       Konjungtivitis Bakterial
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakterial, organisme dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear.Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit ini purulen, bermembran atau berpseudomembran.  Studi sensitivitas antibiotika juga baik , namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotik empirik. Bila hasil tes sensitivitas antibiotik telah ada, terapi antibiotik spesifik dapat diteruskan.
b.      Konjungtivitis Klamidia
Trachoma.Inklusi klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa, namun tidak selalu ada. Inklusi ini pada sediaan dipulas Giemsa tampak sebagai massa sitoplasa biru atau ungu gelap yang halus, yang menutupi inti dari sel epitel. Pulasan antibodi Fluorescein dan tes immuno - assay enzim tersedia di pasaran dan banyak dipakai di laboratorium klinik.Tes baru ini telah menggantikan pulasan Giemsa untuk sediaan hapus konjungtiva dan isolasi agen klamdial dalam biakan sel.Secara morfologik, agen trachoma mirip dengan agen konjungtivitis inklusi, namun keduanya dapat dibedakan secara serologik dengan mikroimunofluorescens.Trachoma disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis serotipe A, B, Ba atau C.
c.       Konjungtivitis Inklusi ( Blenorrhea Inklusi, Paratrachoma)
Tes yang sama harus dikerjakan seperti untuk trachoma ( di atass ). Pada oftalmia klamidia neonatal, sediaan yang dipulas Giemsa sering memperlihatkan banyak inklusi. Konjungtivitis inklusi disebabkan olah C trachomatis serotipe D-K, kadang kadang dengan sedikit serotipe B. Penetapan serologik tidak berguna untuk mendiagnosis infeksi mata, namun pengukuran kadar antibodi IgM sangat berharga dalam mendiagnosis pneumonitis klamidia pada bayi.
2.10 Gambaran Histologi
Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata.Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen (Vaughan, 2010).
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan fibrosa (profundus).Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan.Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata (Vaughan, 2010).

2.11 Diagnosa Banding

Konjungtivitis
Keratitis
Uveitis Anterior
Glaukoma Kongestif Akut
Visus
Normal
Tergantung letak infiltrat
Menurun perlahan, tergantung letak radang
Menurun mendadak
Hiperemi
Konjungtiva
perikornea
siliar
Mix injeksi
Epifora, fotofobia
-
+
+
-
Sekret
Banyak
-
-
-
Palpebra
Normal
Normal
normal
Edema
Kornea
Jernih
Bercak infiltrat
Gumpalan sel radang
Edema, suram (tidak bening), halo (+)
COA
Cukup
cukup
Sel radang (+)
dangkal
H. Aquous
Normal
normal
Sel radang (+), flare (+), tyndal efek (+)
Kental
Iris
Normal
normal
Kadang edema (bombans)
Kripta menghilang karena edema
Pupil
Normal
normal
miosis
Mid midriasis (d:5mm)
Lensa
Normal
normal
Sel radang menempel
Keruh

Virus
Bakteri
Alergi
Toksik
Gatal
-
-
++
-
Mata merah
+
++
+
+
Hemoragi
+
+
-
-
Sekret
Serous mucous
Purulen, kuning, krusta
Viscus
-
Kemosis
±
++
++
±
Lakrimasi
++
+
+
±
Folikel
+
-
+
±
Papil
-
+
+
-
Pseudomembran
±
±
-
-
Pembesaran kelenjar limfe
++
+
-
-
Panus
-
-
-
±
Bersamaan dengan keratitis
±
±

-
±
Demam
±
±

-
-
Sitologi
Granulosit
Limposit, monosit
Eosinofil
Sel epitel, granulosit



















2.12 Penatalaksanaan
a.       Konjungtivitis Bakteri Akut
Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa.Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.Bila terjadi penyulit pada kornea maka diberikan sikloplegik.
Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung dan bila ditemukan kumannya, maka pengobatan disesuaikan.Apabila tidak ditemukan kuman pada sediaan langsung, maka diberikan antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari.Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15% atau khloramfenikol.Apabila tidak sembuh dalam satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan defisiensi air mata atau obstruksi duktus nasolakrimal.
b.     Konjungtivitis Gonore
Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram Positif diplokok batang intraselular dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
c.       Konjungtivitis Virus Akut
·         Konjungtivitis demam faringokonjungtiva
Pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri.Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid topikal.Pengobatan biasanya simtomatik dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
·         Keratokonjungivitis epidemic
Pengobatannya dengan antivirus dan alfa interferon tidak umum untuk konjungtivitis adenovirus.Astrigen diberikan untuk mengurangi gejala dan hiperemia.Pemberian antibiotik adalah untuk mencegah infeksi sekunder.Steroid dapat diberikan bila terlihat adanya membran dan infiltrasi subepitel.
d.      Konjungtivitis Alergi
Pengobatan terutama  dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul dengan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
2.13 Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi.beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

2.14 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bias menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi .Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1.      Glaucoma
2.      Katarak
3.      Ablasi retina
4.      Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis.
5.      Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6.      Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan parut yang tebal dikornea yang dapat mengganggu penglihatan , lama-kelamaan orang bias menjadi buta.
7.      Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikatrik dapat mengganggu penglihatan.










BAB III
P E N U T U P

3.       1      Kesimpulan
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dengan ditandai dengan mata merah (Dorland, 2002).dimana batasnya adalah dari kelopak matahingga sebagian bola mata. Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis.                                                                                  
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik.
Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata.Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen (Vaughan, 2010).

3.   2      Saran
       Konjungtivitis dapat dicegah dengan menghindari etiologinya. Jika akan diberikan obat, perlu diperiksa secara mikrobiologi penyebab dari konjungtivitisnya. Karena beda penyebab, beda terapinya.
       Sebaiknya kita menghindari orang yang terkena konjungtivitis dan lebih meningkatkan imunitas tubuh dan kebersihan mata.



D A F T A R    P U S T A K A
1.      J.G.F, Francisco dkk. 2010. KonjungtivadanKonjungtivitisdalam : Vaughan D.G,dkk. OftalmologiUmumEdisi 17.Jakarta : EGC.
2.      Vaughan, Daniel G dkk. 1996. OftalmologiUmum. Jakarta: PenerbitWidyaMedika.
3.      Mansjoer, Arif. 2001. KapitaSelektaKedokteran.Ed. 3.Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FakultasKedokteran UI.
4.      Ilyas,Sidartadkk.2002.IlmuPenyakit MataPerhimpunanDokterSpesialisMataIndonesia.Jakarta :CV.SagungSeto.
5.      Jonathan, Gleadle. 2006. At A Glance Anamnesis. Jakarta: PenerbitErlangga.
6.      Vaughan, Daniel G. dkk.2011. OftalmologiUmum. Jakarta : EGC
7.      Vaughan, Daniel dan Asbury Taylor. 2010.OftalmologiUmum. Edisi ke-11. Jakarta: WidyaMedika.
8.      Corwin, Elisabeth J. 2000.Patofisiologi. Jakarta: EGC
10.  Perdami.Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran ed-2. Jakarta: Sagung Seto. 2002.