BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Sejumlah
aktivits pekerjaan yang rentan terkena sindroma terowongan karpal diantaranya,
mengetik computer, pekerjaan pengemasan, pengecoran, pengeboran, jasa
pengantaran barang, pekerja pos, para pekerja yang mobilitasnya memakaii motor
dll.
Sindroma
terowongan karpal merupakan penyakit yang menyerang tangan, dimana syaraf
tangan menyatu di bagian pergelangan tangan sehingga menyebabkan nyeri tidak
berfungsinya syaraf jari jemari diakibatkan adanya tekanan pada nervus medianus
atau syaraf gabungan yang berfungsi sebagai pembawa rasa dan juga penggerak. Medianus
merangsang syaraf pergerakan motorik ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan
separuh jari manis. Ekanan terjadi jika rongga terowongan menyempit. (Hendrawan
Kurnia, 2009)
Penyakit
yang paling umum dan sering mengenai nervus medianus biasanya adalah neuropati
tekanan atau jebakan (entrapment neuropathy). Pada pergelangan tangan nervus
medianus ini berjalan menuju carpal tunnel atau terowongan karpal dan
menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibujari,
telunjuk, jari tengah dan setengah radial dari jari manis. pada saat berjalan
melalui terowongan inilah nervus medianus ini paling sering mengalami tekanan
yang dapat menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan Carpal
Tunnel Sindrom/ sindroma terowongan karpal (STK).
Tulang
tulang karpalia membentuk dasar dan sisi sisi terowongan yang keras dan kaku
sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament
dan palmar carpal ligament ) yang kuat dan melengkung diatas tulang tulang
karpalia tersebut.
Tulisan
ini akan mencoba membahas STK meliputi etiologi, epidemiologi, patogenese,
gejala, diagnose, diagnose banding, penatalaksanaan dan prognosisnya. Dengan
segala keterbatasan diharapkan tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik mengenai STK
Gammbar
Nervus Medianus (a) anatomi terowongan karpal (b) distribusi sensorik
1.2
TUJUAN
Adapun
tujuan penusilan makalah ini, adalah :
·
Mengetahui defenisi carpal tunnel
syndrome
·
Mengetahui etiologi carpal tunnel
syndrome
·
Mengetahui patogenesis carpal tunnel
syndrome
·
Mengetahui manifestasi klinis carpal
tunnel syndrome
·
Mengetahui pemeriksaan carpal tunnel
syndrome
·
Mengetahui penatalaksanaan carpal tunnel
syndrome
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
DEFENISI
Carpal
Tunnel Syndrome merupakan kompleks gejala yang disebabkan oleh penekanan nervus
medianus diterowongan karpal, dengan nyeri dan rasa terbakar atau paraestesia
yang menggelitik di jari-jari dan tangan, terkadang meluas ke siku (dorland,
2002).
Sindrom
terowongan karpal adalah nyeri akibat penekanan saraf medianus didalam
terowongan karpal. Penekanan biasanya disebabkan oleh penebalan ligamentum
karpal, tempat saraf medianus terjepit diselubung tendon sewaktu saraf tersebut
lewat dibawah ligamentum transverses.
Penebalan
sering terjadi akibat stress atau trauma kronik pada suatu struktur struktur
pergelangan tangan atau malposisi pergelangan tangan. Setiap aktivitas yang
melibatkan gerakan tangan menekuk atau memutar berulang ulang, misalnya
mengemudi, merajut, atau mengetik, dapat menimbulkan peradangan kronik
ligamentum karpal. Pemakaian berlebihan keyboard computer di tempat kerja telah
meningkat insidens sindroma ini. Insidens tertinggi dijumpai pada wanita
berusia 30 sampai 60 tahun (Bara J. Gruendemann, 2006).
Neuropraksia
dari saraf medianus akibat kompresi didalam kanalis. Pasien datang dengan nyeri
dan mati rasa dalam distribusi saraf medianus, sering menjalar ke leher dan
bahu; tanda tinel positif diatas saraf medianus pada pergelangan tangan, dan
gejala gejala yang meningkat dengan fleksi pergelangan tangan secara paksa.
Penelitian kondisi saraf dapat membantu diagnosis (schawartz, 2000)
2.2
EPIDEMIOLOGI
STK adalah entrapment neuropathy Yang
paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus medianus mengalami tekanan pada saat
berjalanmelalui terowongan karpal dipergelangan tangan menuju ke
tangan.Penyakitini biasanya timbul pada usia pertengahan. Wanita lebih banyak
menderita penyakit ini daripada pria. Umumnya pada keadaan awal
bersifatunilaral tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada
Tanganyang dominan. Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan,
prevalensinya sedikit bertambah Prevalensi
STK bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980 insidensnya 173 per
100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di Maastricht,Belanda,
16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibatparestesi
jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami gejala ini terbukti menderita
STK setelah dikonfirmasi masi dengan pemeriksaan elektrodiagnostik (Aldi Rambe,
2004)
2.3
PATOGENESIS
Ada
beberapa hipotesa mengenai pathogenesis dari STK. Sebagian besar penulis
berpendapat bahwa factor mekanik dan vascular memegang peran penting dalam
terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianys. Tekanan yang
berulang ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya
aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler melalui diikuti oleh anoksia yang akan
terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia
yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana
keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam/pagi hari akan
berkurang setelah tangan yang terlibat digerak gerakkan atau diurut (mungkin
akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini
berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf, lama
kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang
mengakibatkan fungsi medianus terganggu secara menyeluruh.
Pada
STK akut biasanya terjadi penekanan yang melibihi terjadi penekanan yang
melibihi tekenan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan
timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian
tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjut gangguan aliran darah. Selanjutnya
terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah saraf
terganggu. Akibatnya terjadi kerusakan pada saraf tersebut (Aldi Rambe, 2005)
2.4
ETIOLOGI
Gejalanya
merupakan akibat disfungsi saraf medianus karena peninggian tekanan di dalam
terowongan karpal. Penyebab antara lain, yaitu (Schwartz, 2006) :
·
pemakian tangan yang berlebihan
·
kista ganglion,
·
poliferasi synovial,
·
kehamilan,
·
arthritis rheumatoid, dan
·
hipotiroidisme.
2.5
MANIFESTASI
Gejala
yang khas adalah nyeri, parestesia, mati rasa, atau sensasi seperti tertusuk
tusuk saat pulih dari kesemutan (pins and needles sensation) dalam distribusi
saraf medianus tangan, biasanya di ibu jari, telunjuk dan jari tengah, serta
bagian radial jari manis. Parestesia nocturnal bersifat khas.
Gambaran
klinis sindrom terowongan karpal adalah (Lionel Gingsberg, 2007) :
-
Nyeri di tangan atau lengan atau saat
bekerja
-
Pengecilan dan kelemahan otot
ototeminensia tenar
-
Hilangnya sensasi pada tangan pada
distribusi nervus medianus
-
Parestesia seperti kesemutan pada
distribusi nervus medianus saat dilakukan perkusi pada telapak tangan daerah
terowongan karpal (tanda tinel)
-
Kondisi ini sering bilateral
Sindrom terowongan
karpal lanjutan
2.6
DIAGNOSA
Tanda
Tinnel, yaitu sensasi nyeri pada jari-jari yang diinduksi oleh ketukan saraf
medianus pada tingkat pergelangan tangan bagian palmar, hasilnya mugkin
positif, tetapi spesifitasnyahanya 54% dan sensitivitasnya 50%. Tanda phalen,
yang menahan kedua pergelangan tangan dalam posisi fleksi ke arah palmar dapat
menimbulkan gejala. Sensitivitas beragam dari 10% sampai 88% tergantung pada
pemeriksaan spesifitasnya sebesar 80% (Marh A, 2006).
2.6.1 Pemeriksaan Fisik :
a) Derajat
nyeri dengan Visual Analogue Scale(VAS)
Pasien diminta
menunjukkan derajat nyeri pada garis sepanjang 10cm, dimana titik ujung 0
menunjukkan tidak nyeri dan titik ujung100 menunjukkan nyeri tak tertahankan,
jarak antara titik ujung 0 dengan titik yang ditunjuk pasien merupakan gambaran
derajat nyeri yang dirasakan pasien
b) Tes
Traksi dan Distraksi Cervical
Dilakukan tes traksi
dan distraksi/kompresi pada cervical selama 5 detik pada posisi rotasi, lateral fleksi dan
ekstensi.
c) Tes
Phalen’s
Tangan pasien pada
posisi palmar fleksi full ROM dipertahankan selama kirakira 30detik. Jika
muncul keluhan nyeri dalam waktu tersebut mengindikasikan bahwa hasil tes
positif.
d) Tes
Prayer’s
Tangan pasien pada
posisi dorsi fleksi full ROM dipertahankan kirakira 30 detik. Jika muncul
keluhan nyeri dalam waktu tersebut mengindikasikan bahwa tes positif.
e) Tes
Tinel
Tes ini mendukung
diagnosa jika timbul parestesia atau nyeri pada daerah ditribusi nervus
medianus kalau dilakukan perkusi pada carpal tunnel dengan posisi tangan
sedikit dorsi fleksi. Jika muncul keluhan nyeri yang menjalar sepanjang
distribusi saraf medianus mengindikasikan bahwa hasil tes positif.
f) Median
Nerve Test (ULTT 1)
Depresi bahu dengan
fleksi siku 90, abduksi bahu dengan fleksi siku hingga 90, eksorotasi bahu,
siku dan jari ekstensi dengan lengan bawah supinasi dan siku ekstensi. Setiap
gerakan dilakukan sampai titik uncomfortable melalui feedback dari pasien
g) Radial
Nerve Test (ULTT 2)
Depresi bahu dengan siku
difleksikan hingga 90 diikuti pronasi lengan bawah, ekstensi siku, fleksi siku
dan jari lalu absuksi bahu. (Ekstrom dan Holden,2002).
2.6.2 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksan
sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat ada penyebab lain
seperti fraktur atau arthritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan
adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus
yang selektif terutama yang akan dioperasi
2.6.3 Pemeriksaan laboratorium
Bila
etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerekan
tangan yang repetitive, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula
darah, kadar hormone tiroid ataupun darah lengkap
2.7
DIAGNOSA
BANDING
-
Neoplasma intracranial
-
Sclerosis multiple
-
Cervical radiculopathy
-
Radial neuropathy
-
Ulnar neuropathy
-
De Quervain’s syndrome
-
Rheumatoid arthritis
-
Osteoarthritis
2.8
TERAPI
Sindrom
terowongan karpal bersifat swasirna, dan
terapi dapat sembuh sendiri. Sebuah bebat yang dipasang pada pergelangan tangan
yang sedikit difleksikan dan digunakan sepanjang malam biasanya dapat
menghilangkan keluhan ( Kenneth J, 2004).
Pasien
tanpa atrofi thenar dapat diobati dengan terapi konservatif, mencakup belat
istirahat dengan pergelangan tangan dalam posisi netral serta NSAID. Meskipun
belat cock-up merupakan imobilisasi yang klasik, belat ini terbukti kurang
unggul dibandingkan belat sederhana yang netral. Suntikan steroid pada
terowongan kapral mungkin efektif. Jika EMG memperlihatkan gangguan konduksi
saraf medianus pada pergelangan tangan, atau jika gejala terowongan karpal
tidak membaik dalam 6 minggu, atau jika terdapat tanda-tanda kelemahan atau
atrofi otot thenar, maka diindikasikan rujukan ke bagian bedah (Marh A, 2006)
2.8.1
Terapi Farmako
Terapi yang dilakukan
selain ditujukan langsung terhadap CTS, terapi juga harus diberikan terhadap
keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya CTS. Oleh karena itu
sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
2.8.1.1 Terapi
langsung terhadap CTS
a.
Terapi
konservatif
·
Istirahatkan pergelangan tangan
·
Obat anti inflamasi non steroid
·
Pemasangan bidai pada posisi netral
pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang
terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
·
Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau metil prednisolon
20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan
jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan
di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil,
suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali
suntikan.
·
Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa
penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin
sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3
bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis
besar
·
Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan
vaskularisasi pergelangan tangan.(Dr.Moch.bahrudin,SpS,2004).
b. Terapi operatif
·
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang
tidak mengalami perbaikan
·
dengan terapi konservatif atau bila
terjadi gangguan sensorik yang berat atau
·
adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS
bilateral biasanya operasi pertama
·
dilakukan pada tangan yang paling nyeri
walaupun dapat sekaligus dilakukan
·
operasi bilateral. Penulis lain
menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak
·
dilakukan bila terapi konservatif gagal
atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan
operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten. (Dr.Moch.bahrudin,SpS,2004)
2.8.2
Terapi Nonfarmako
1. Pada
lengan atas dipasang bantala dan manset torniket.
2. Tangan
dan lengan bawaah dibersihkan dan ditutup dengan duk.
3. Dibuat
sebuah insisi kurvilinier disepanjang permukaan ulnar alur tenar dan diperluas
ke proximal sampai alur flexor pergelangan tangan.
4. Diseksi
dilanjutkan sampai setinggi fasia palmaris, dan ke arah distal pada bidang yang
sama.
5. Ligamentum
karpal volar transversal diisolasi dan dipotong.
6. Apabila
epineurium menebal atau saraf mengalami konstriksi akibat pembentukan pseudoneuroma,
maka dilakukan epineuroktomi.
7. Kulit
dan jaringan subkutis ditutup dalam satu lapisan.
8. Untuk
mencegah edem dan pergerakan, dipasang balutan penekan ‘sarung tinju’.
Tangan diangkat umtuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan (Bara J. Gruendemann, 2006).
2.9
PENCEGAHAN
Untuk
pencegahan sindrom terowongan karpal diantaranya adalah :
·
Biasakan supaya pergelangan tangan dalam
posisi netral atau lurus
·
Gunakan semua jari untuk memegang benda
·
Disela sela kesibukan, usahakan selalu
mengistirahatkan tengan setiap 15- 20 menit
·
Memakai ballpoint atau pulpen dengan
diameter besar agar mengurangi tekanan
·
Rutin melakukan pelatihan peregangan
otot otot tangan dan lengan bawah
Berikut
ini latihan gerakan gerakan sangatlah simple. Berikut ini latihan peregangan
yang dapat dilakukan sebelum melakukan pekerjaan dan di kala jam istirahat
kantor, diantaranya :
·
Tekanan tangan pada posisi ke bawah
kemudian ke atas
·
Tarik tangan perlahan kea rah menyamping
ke dalam, rasakan regangan pada pergelangan tangan
·
Tarik tangan perlahan menyamping keluar
menjauhi ibu jari, rasakan regangan sisi tengah pergelangan tangan
·
Posisi duduk, letakkan tangan pada kursi
, arahkan telapak tangan ke belekang kemudian tekan perlahan, raskan regangan
ototnya
Posisi
duduk, letakkan tangan pada kursi, telapak tangan dibalik dan tengadah, lalu
tekan perlahan, rasakan regangan ototnya (Hendrawan Kurnia, 2009).
2.10
PROGNOSIS
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi
konservatif umumnya prognosa baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi
konservatif maka tindakan operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi
juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama
menderita CTS penyembuhan post operatifnya bertahap. (Barnardo,2004, Rambe,2004)
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini :
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin
jebakan/tekanan terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih
proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada
nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat
komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau
jaringan parut hipertrofik.
Sekalipun prognosa CTS dengan terapi
konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh
kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik
konservatif atau operatif dapat diulangi kembali. (Rambe, 2004)
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Carpal
Tunnel Syndrome merupakan kompleks gejala yang disebabkan oleh penekanan nervus
medianus diterowongan karpal, dengan nyeri dan rasa terbakar atau paraestesia
yang menggelitik di jari-jari dan tangan, terkadang meluas ke siku.
Sebagian
kasus STK tidak diketahui penyebabnya sedangkan pada kasus yang diketahui,
penyebab sangat bervariasi. Kebanyakan mempunyai hubungan yang erat dengan
penggunaan tangan secara repetitive dan berlebihan. gejala gejal yang diraasakan biasanya
bertambah berat pada malam hari dan berkurang bila pergelangan tangan digerak
gerakan atau dipijat, gejala motorik hanya dijumpai pada penderita STK yang
sudah berlangsung lama, begitu pula dengan atrofi otot otot thenar. Penatalaksanaan
diharapkan agar prognosisnya baik, namun demikian sekalipun prognosisnya baik
kemungkinan kambuh masih tetap ada
3.2 SARAN
Dalam
usaha untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan sindrom terowongan karpal
maka disarankan:
1. Bagi
masyarakat, memiliki pengetahuan tentang sindrom terowongan karpal.
2. Bagi
dokter umum, mampu mendiagnosa dengan benar dan memberikan treatment yang tepat
dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. J
Barbara,Billie.2006.Keperawatan Renopatif Volume 2.Jakarta.Penerbit Buku
Kedokteran EGC
2. Schwartz
dkk.2000.Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Ginsber,Lionel.2007.Lecture
Notes Neurologi edisi 8.Jakarta.Penerbit Erlangga
4. Rambe,aldi.2004.Sindroma
Terowongan Karpal.Bagian Neurologi FK USU.http://Library.USU.ac.id
5. Grabe
A,dkk.2006.Buku Saku Dokter Keluarga University of IOWA.Edisi
3.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran.EGC
6. Kurnia,Henrdawan.2009.Kiat
Jitu Tangkal Penyakit.Jakarta.Penerbit Best Publisher
7. Newman,Dorland
W.A dan Hartanto.2002.Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran
EGC
8. Leveno,Kenneth
J,dkk.2004.Obsetri William edisi 21.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC
9. Luchett
R.dan Amadio P.2007.Carpal Tunnel Syndrome.Berlin Springer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
habis baca, di comment ya mbake bapake :)