Kamis, 18 April 2013

LAPORAN PAPER TUGAS HISTOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam perkembangan evolusi, terdapat tiga mekanisme pengintegrasian fungsi berbagai jaringan dalam organism multisel. Diperkirakan bahwa mekanisme pertama yang muncul adalah difusi sinyal kimiawi dari satu kelompok sel ke kelompok lain pada jarak terbatas dari sumbernya. Mekanisme primitive ini terlalu lamban dan tidak terkendali untuk memenuhi kebutuhan metazoan yang lebih besar, dan didukung oleh perkembangan sel sel saraf yang mampu berespns terhadap rangsang luar dan mengantarkan sinyal melalui cabangsel panjang (akson_. Kemudian lagi, dengan berkembangnya system sirkulasi pada hewan yang lebih besar, kedua system integrasi tadi dibantu oleh terbentuknya kelenjar tanpa saluran (kelenjar endokrin) yang menghasilkan sinyal kimiawi (hormone) yang diangkut darah menuju organ sasaran jauh. Sinyal kimiawi demikian memiliki masa laten lebih panjang karena berada dalam darah, tetapi ada keunggulannya karena dapat menghasilkan efek yang lebih lama dibandingkan sinyal yang melalui saraf. Meskipun berkembangnya satu demi satu, ketiga mekanisme inegratif itu terdapat pada mamalia jaman sekarang : difusi jarak pendek bagi sinyal kimiawi (sitokin), berdistribusi sinyal kimiawi dalam darah (hormone), dan pengaturan aksi potensial melalui akson saraf panjang.
Kelenjar endokrin utama adalah hipofisis, tiroid, paratiroid, pancreas, adrenal, pineal, testis, ovarium dan plasenta. Kelenjar ini mempunyai susunan jaringan yang sangat berbeda sehingga tidak dapat digolongkan dalam suusnan histologisnya. Meskipun tidak memiliki ciri cirri sitologi yang sama, kelenjar kelenjar endokrin ini dapat digolongkan berdasarkan sifat kimiawi hormonnya, seperti asam amino yang dimodifikasi, peptide, protein, glikoprotein, dan steroid.  (1)
Kelenjar endokrin telah diteliti dan digambarkan sebagai bagian yang terpisah, tetapi pada dasarnya fungsi kelenjar ini saling berhubungan erat. Awalnya fungsi hormone disimpulkan dengan mengobservasi efek penyakit, destruksi, atau pertumbuhan kelenjar berlebih (2)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Defenisi
Kelenjar endokrin adalah organ organ yang menghasilkan sekresi yang disebut hormone yang dialirkan secara langsung ke dalam aliran darah dan sel sel glandular. Karena alas an ini kelenjar endokrin dikenal sebagai kelenjar tanpa duktus. (2)

B.     Gambaran Umum Sistem Endokrin
System endokrin terdari dari kelenjar kelenjar endokrion, Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan dalam pembuluh darah. Sekresinya kita sebuh dengan hormone (3)

C.     Fisiologi Sistem Endokrin
Fisiologi system endokrin terdiri dari 4 (empat) struktur dasar hormone secara kimiawi :
-          Derivat Asam Amino
Dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla supra renal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinerfin.
-          Peptide / Derivat Peptide
Dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari jaringan alat pencernaan.
-          Steroid
Dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari mesotelium, contoh hormone testis, ovarium dan korteks suprarenal
-          Asam Lemak
Merupakan biosintesis dari dua FA, Contoh hormone prostaglandin (3)



D.    Defenisi Hormon
Hormone adalah pembawa pesan kimia yang dilepaskan oleh kelenjar endokrin ke dalam sirkulasi. Setelah dilepaskan, hormone mengalir dalam darah dan hanya mempengaruhi sel tubuh yang memiliki reseptor (tempat pengikat) spesifik untuk hormone tersebut. Sel yang berespon terhadap hormone tertentu disebut sel target untuk hormone tersebut (4)
Terdapat tiga kategori besar hormone : pepida, steroid dan asam amino. Kebanyakan hormone, yang mencakup semua hormone hipotalamus dan hipofisis, adalah hormone peptide. Hormon steroid terbentuk dari kolesterol dan dapat larut menembus membrane sel. Hormone asam amino terbentuk dari asam amino tirosin. (4)

E.     Klasifikasi hormon Berdasarkan Fungsi
-          Hormon perkembangan: hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi.
-          Hormon metabolisme: hormon yang mempunyai peranan dalam proses metabolisme.
-          Hormon trofik: hormon yang dihasilkan oleh suatu sistem yang merangsang kelenjar endrokin untuk menghasilkan hormon.
-          Hormon pengatur metabolisne mineral dan air: hormon yang mengatur homeostatik mineral dan konservasi air tubuh.
-          Hormon pengatur sistem kardiovaskuler: hormon yang mengatur aktivitas konduksi dan kontraksi jantung.

F.      Klasifikasi Kelenjar Endokrin
a.       Kelenjar Hipofisis
 https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRPV-uH6IFk9bv7bRNFfrkXDC1ZhLkxs5zaqTzwrJlOr0JQ9NKMZA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFseZUuzMkJmaasw_O68_uVOASW_e-2ZNpx2M9N1VepMGGCA06wP2h8dwaBelyAduD0qEsotZgMuAFk-GtvlfMALkFdGt7OBdWUJPu7G8lOfUGNtfseybgiIM2Cq672XEcxSY8wgigVew/s400/1.jpg      cirri cirri kelenjar hipofisis memiliki tiga lobus. Lobus anterior (adeno hipofisis) secara embriologis berasal dari ectoderm sepanjang faring dorsal dan membentuk kantung yang dikenal sebagai kantung rathke.
Lobus posterior (neurohipofisis) berukuran lebih kecil dan secara embriologis berasal dari neuroektoderm.
Pars intermedia, yang merupakan suatu struktur kecil dibagian tengan antara libus anterior dan posterior, sebenarnya merupakan bagiand ari lobus anterior. Secara embriologis kelenjar hipofisis berasal dari sel sel Krista neural. (6)
Hipofisis lobus anterior

 Tabel 2. Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan gangguannya.
 
Hormon yang dihasilkan
Fungsi dan gangguannya
Hormon Somatotropin (STH), Hormon pertumbuhan (Growth Hormone / GH)

merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini pada anak-anak-anak menyebabkan pertumbuhannya terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.
Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)

Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi tiroksin
Adrenocorticotropic hormone (ACTH)   
                    
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid (hormon yang dihasilkan untuk metabolisme karbohidrat)
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone (LTH) 

Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu
Hormon gonadotropin pada wanita :

1.     Follicle Stimulating Hormone (FSH)


2.     Luteinizing Hormone (LH)   


Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen

Mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron
Hormone gonadotropin pada pria :

1.     FSH


2.     Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)


Merangsang terjadinya spermatogenesis (proses pematangan sperma)

Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan androgen

Hipofisis pars media 

Tabel 3. jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media

hormon
 Fungsi
MSH (Melanosit Stimulating Hormon)
Mempengaruhi warna kulit individu, dengan cara menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi hitam.


Hipofisis lobus posterior
Tabel 4. jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior

hormon
 Fungsi
Oksitosin
Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses melahirkan
Hormon ADH
Menurunkan volume urine dan meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah

Penyakit kelenjar hipofisis jarang ditemukan, dan dapat ditandai dengan kegagalan hipofisis selektif atau total (panhipopituitarisme), gangguan pengelihatan, terdapat kelebihan selektif hormone yang terkait hipofisis (tumor), dan hiperprolaktibenemia (akibat lesi yang luas). Penyakit hipofisis termasuk :
o   Proses neoplasma intrinsic : dapat menyebabkan kegagalan hipofisis, efek yang luas (nyeri kepala dan gangguan pengelihatan_, dan peningkatan selektif pada hormone hormone terkait hipofisis atau hiperprolaktinemia.
o   Inflamasi (tuberculosis, sarkoidosis) dan invasi tumor ekstrinsik menyebabkan kegagalan hipofisis dan, kadang kadang juga menyebabkan hiperprolaktinemua aibat gangguan inhibisi tonik oleh dopamine terhadap pelepasan prolaktin.
o   Apopleksi hipofisis : infark tidak berkaitan dengan hipotensi
o   Atrofi hipofisis L infark berkaitan dengan hipotensi, sering terjadi pascamelahirkan (sindrom Sheehan). Kegagalan hipofisis terjadi pada awal penyakit atau sampai 2 tahun setelah kejadian hipotensi tersebut
o   Tumor hipofisis merupakan kelaiann hipofisis yang paling sering terjadi dan merupakan 10% kasus neoplasma intrrakranial. Tumor dilkasifikasikan menurut ukuran , yaitu : Mikroadenoma  dan Makroadenoma (5)

b.      Kelenjar Tiroid
http://obatjantungherbal.net/wp-content/uploads/2013/03/kanker-tiroid.jpg 
 Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea (Gambar 1). Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring.
 Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas sejauh linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah cincin trakea 5 atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang ± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5 ml/menit/gram tiroid).
Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium.
Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3) mengandung tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon yang lebih aktif daripada T4.
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.6 Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. (7)
jika kadar normal tiroid mengalami gangguan maka akan terjadi hipotiroid (dibawah normal) dan hipertiroid (8)
http://penyakittiroid.com/wp-content/uploads/2012/06/gejala-penyakit-tiroid.jpg
c.       Kelenjar Paratiroid
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdTQieyC40cRhR2361MZrh9fx6lS6A6e1js4rrprugt4zN1ULdh-6SMD0oKVZmLxA7aVrCNjCNYZ56CydCVhRZFkQIfltUyKxIg6LVXTwmE9GgP3WTU9vAOpHmeBtJKGJ3NVyAg3_qKw/s1600/para+thyroid.jpg
Kelenjar ini merupakan kumpulan kelenjar kecil kecil yang terletak dibelakang kelenjar tiroid. Hormone yang dihasilkannya disebut parathormon. Kelenjar paratiroid merupakan bangunan kecil yang ukurannya sebesar kacang polong dan melekat pada permukaan posterior kelenjar tiroid di debelah luar kapusal fibrosis tiroid. Kelenjar tersebut secara anatomis terpisah menjadi dua buah kelenjar paratioid superior dan dua buah kelenjar paratiroid inferior dengan drainase darah vena lewat pleksus tiroideus pembuluh vena. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratioid merupakan bangunan yang terbungkus jaringan ikat dan memiliki dua jenis populasi sel : chief cell dan sel sel oksifil. sel utama, yang mensekresi hormone paratiroid (PTH), dan sel oksifilik, yang merupakan tahap perkembangan sel chief. Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi mensekresi sejumlah hormone. Hipotiroid adalah suatu kedaaan dimna kelenjar tiorid kurang aktif dan menhasilkan terlalu sedikit hormone. Hiperparatioid adalah sebaliknya.

d.      Kelenjar Adrenal
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP9UVOOcLd-7Mhf5U1XpF66TzOESofrCmcU9N4UEfkgXdzgXuya7sPV-Gp2GsP8SjFKZNgNOP8TeouvbZxVxfDI73YvZ6MMH_P0-qKrgQlnfISoswHKbPy5ykZR2ZbWVBVTSquGJ7wbSGM/s1600/kelejar+adrenal+-+anak+ginjal.bmp
Kelenjar adrenal berfungsi melepaskan berbagai hormon ke dalam tubuh. Dua hormon penting yang dilepaskan kelenjar adrenal adalah kortisol dan adrenalin. Kelenjar adrenal juga berperan memengaruhi organ reproduksi, berperan dalam metabolisme, dan memproduksi respon sistem saraf simpatik. Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal yang terdiri atas dua bagian yaitu medula dalam (inner medulla) dan korteks luar (outer cortex). Medula dalam menghasilkan epinefrin (adrenalin) sementara korteks luar menghasilkan kortisol.
Kortisol adalah hormon steroid yang digunakan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh selama periode stres. Oleh sebab itu, kortisol disebut juga sebagai “hormon stres”. Kortisol bersifat antagonis terhadap insulin dan bertugas memecah lemak dan protein sehingga memainkan peran dalam mengontrol bagaimana tubuh menggunakan nutrisi. Kortisol bisa menyebabkan penambahan berat badan untuk dua alasan. Pertama, kortisol memindahkan lemak dari hati ke otot-otot perut, dan kedua, kortisol meningkatkan nafsu makan.
Lapisan luar (korteks) dari kelenjar adrenal menghasilkan kortisol, sedangkan lapisan dalam (medula) menghasilkan epinefrin yang juga dikenal sebagai adrenalin. Epinefrin (adrenalin) bekerja dengan sistem saraf simpatik untuk meningkatkan denyut jantung. Adrenalin juga mendorong metabolisme karbohidrat. Ketika sistem saraf pusat melihat adanya situasi berbahaya atau keadaan darurat, adrenalin akan dilepaskan. Adrenalin meningkatkan denyut jantung, melebarkan otot-otot kaki, dan meningkatkan gula darah dengan mendorong penggunaan glukosa. Peningkatan aliran darah dan energi mempertinggi pengiriman oksigen dan glukosa ke otot dan otak
e.       Pankreas
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFqycFoCgQSyC9m8mROXrh7ghmghk3MycuhezPhUmLe4xAYMYGVU9AZNtLDjyh3XmyCuU0KJySj_B2-8BzPitx4yuwHM993C7M8UXwQATL8hsVHvYqw0U29A7gqrzKJxAFA33KiiiD0J8/s1600/f2013at_pancreas_c_thumb2.jpg

Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptida insulin, glukagon, somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon peptida disekresikan dari sel – sel yang berlokasi dalam pulau – pulau langerhans (β atau sel-B yang menghasilkan insulin, α2 atau sel-A yang menghasilkan glukagon, dan α1 atau sel-D yang menghasilkan somatostatin).
Hormon – hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh, dengan demikian membantu memelihara homeostasis glukosa darah.
Hiperinsulinemia dapat menyebabkan hipoglikemia berat. Sebaliknya kekurangan insulin relatif ataupun absolut (seperti pada diabetes melitus) dapat menyebabkan hiperglikemia berat.
Proinsulin disintesa dalam elemen poliribosom endoplasmik sel β langerhans. Prohormon tersebut ditransfer ke komplek golgi dan terjadilah perubahan proinsulin menjadi insulin dan ke granul. Bila sel β terangsang dari granul ini akan keluar sejumlah ekuimolar insulin dan peptida C ke sirkulasi. Peptida C tidak mempunyai efek biologis tapi sebagai marker adanya sekresi insulin.
Insulin di sintesa di pankreas, dimana pankreas terdapat Sel2 pulau langerhans dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Stimulasi reseptor α2 adrenergik akan menghambat sekresi insulin. Sebaliknya stimulasi reseptor β2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf vagus akan merangsang sekresi insulin. Sehingga dikatakan, Sel β langerhans adalah penghasil hormon insulin dan sel α langerhans adalah penghasil hormon glukagon. Diabetes Mellitus (DM)
suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.





BAB III
PENUTUP
Hormon merupakan suatu kelompok heterogen pesan-pesan kimia yang berperan mengkoordinasi aktifitas berbagai jaringan dalam tubuh. Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Klasifikasi hormon berdasarkan fungsi diantaranya: Hormon perkembangan, Hormon metabolisme, Hormon trofik, Hormon pengatur metabolisne mineral dan air, Hormon pengatur sistem kardiovaskuler: hormon bekerja dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal.

DAFTAR PUSTAKA :
(1). Bloom & Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi Ed 12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
(2) Watson Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan Ed. 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
(4) Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed. 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
(5) Davey Patrik.  2005. At Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
(6) Heffner J. Linda dkk. At a Glance Sistem Reproduksi Ed 2. Jakarta : EMS Erlangga Medical Series
(8) Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Ed. 15. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

habis baca, di comment ya mbake bapake :)