http://www.youtube.com/watch?v=tfGo013y-jo&feature=share&list=UUSUmazRULUSqYmONfFimEkg
Sabtu, 03 Mei 2014
ALASAN KENAPA AKU GAK MAU NYANYI
http://www.youtube.com/watch?v=tfGo013y-jo&feature=share&list=UUSUmazRULUSqYmONfFimEkg
Kamis, 20 Maret 2014
iseng googling nama sendiri
haiiii cumir, hari ini aku lagi iseng ngegoogling nama lengkap aku, eh ternyata di beberapa deretan "pencarian" mbak google ada nongol website salah satu fakultas kedokteran swasta di kota medan. agak senyum sederhana sedikit pas bacanya, ternyata isi websitenya itu tentang hasil seleksi penerimaan mahasiswa baru, jadi di situ dicantumkan semua nama calon mahasiswa kedokteran yang lulus di univ itu. sebenarnya 3 tahun yang lalu aku juga daftar di univeristas lain di kota medan, yang sekarang menjadi kampus tempat aku menuntu ilmu. dan puji tuhan memang aku keterima di kedua kampus itu, cuma yaa gitu, aku milih kampus yang satu lagi. soal mana yang lebih bagus, menurut aku sih sama aja, kaarena kan tergantung mahasiswi nya. kalau kampusnya sih jadi fasilitator saja, yang jadi pemeran utamanya ya orang itu sendiri. yaudaahhh yaa mbae maskee.. monggo dibaca
sumber : http://nommensen-id.org/index.php/akademik/view/ODE-
sumber : http://nommensen-id.org/index.php/akademik/view/ODE-
HASIL SELEKSI PMB-UHN GEL. II - Kedokteran
HASIL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (PMB)
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN GELOMBANG II
FAKULTAS KEDOKTERAN
T.A. 2011/2012
PMB ID | Nama | Program Studi | Lulus Ujian (Yes/No/Cadangan) |
KD-111-2-001 | Darwin Samuel Zagoto | KD | Y |
KD-111-2-002 | Fernando Siregar | KD | Y |
KD-111-2-003 | Ester Ramayanti Wulandari | KD | N |
KD-111-2-004 | Intan Debora Sitorus | KD | C |
KD-111-2-005 | Cynthia Donarta Tarigan | KD | Y |
KD-111-2-006 | Jimmy Harrison Nababan | KD | N |
KD-111-2-007 | Hosanna Anissa Ayala Silaban | KD | Y |
KD-111-2-008 | Sofyan Santo Petrus Simbolon | KD | N |
KD-111-2-009 | Gregorius Raja Bestwan Pratama Purba | KD | Y |
KD-111-2-010 | Yonada Christianto Sigalingging | KD | Y |
KD-111-2-011 | Rolas Boy Siburian | KD | Y |
KD-111-2-012 | Wydelia Noniat Ziliwu | KD | N |
KD-111-2-013 | Desy Deria Tanjung | KD | N |
KD-111-2-014 | Andre Hotmartahan | KD | Y |
KD-111-2-015 | Fitri Debora Harefa | KD | N |
KD-111-2-016 | Riris Karolina Silitonga | KD | N |
KD-111-2-017 | Hilda Lamtia Stephanie Pasaribu | KD | N |
KD-111-2-018 | Rima Iska Marito Marbun | KD | Y |
KD-111-2-019 | Laura Nova Chyntia Purba | KD | Y |
KD-111-2-020 | Mona Lita | KD | Y |
KD-111-2-021 | Septiana Manullang | KD | Y |
KD-111-2-022 | Eunike Firyanti Tampubolon | KD | Y |
KD-111-2-023 | Jhon Wasion Tumangger | KD | Y |
KD-111-2-024 | Christoffel Micael Ibrahim Sitanggang | KD | C |
KD-111-2-025 | Fransiskus Gomgomi Samosir | KD | Y |
KD-111-2-026 | Helda Inggriawita | KD | Y |
KD-111-2-027 | Lambas Ria Sihite | KD | N |
KD-111-2-028 | Armita Sari Batu Bara | KD | Y |
KD-111-2-029 | Serevina Maharany Simanullang | KD | C |
KD-111-2-030 | Agung Paranata Damanik | KD | Y |
KD-111-2-031 | Ervina Pratiwi | KD | Y |
KD-111-2-032 | Cundalex Manurung | KD | N |
KD-111-2-033 | Endang Monasanti | KD | C |
KD-111-2-034 | Omega Tiorina Saragih | KD | Y |
KD-111-2-035 | Peniel Hutabarat | KD | C |
KD-111-2-036 | Tince Susantri Saragih | KD | Y |
KD-111-2-037 | Marta Sihombing | KD | Y |
KD-111-2-038 | Elisa Santiara Br Siahaan | KD | Y |
KD-111-2-039 | Dora Kristi Agustini Saragih | KD | Y |
KD-111-2-040 | Fetty Novembrin Sijabat | KD | Y |
KD-111-2-041 | Sarana Christin Saragih | KD | Y |
KD-111-2-042 | Daniel Hasibuanhttp://nommensen-id.org/index.php/akademik/view/ODE- | KD | Y |
KD-111-2-043 | Mona Junrini | KD | Y |
KD-111-2-044 | Tiouli Pebrina Sinaga | KD | C |
KD-111-2-045 | Wilda Florentina. S | KD | Y |
KD-111-2-046 | Inggrid Feby Silaban | KD | Y |
KD-111-2-047 | Putri Lidia Priskila | KD | Y |
KD-111-2-048 | Harry Ferdinan W. Padang | KD | N |
KD-111-2-049 | Eric Soneri Marbun | KD | C |
KD-111-2-050 | Maria Rully Stella | KD | Y |
KD-111-2-051 | Tommy Firman Samuel L. Tobing | KD | Y |
KD-111-2-052 | Carolus Eko Sanjaya | KD | Y |
KD-111-2-053 | Jainal Martin Lumbantoruan | KD | C |
KD-111-2-054 | Lorentina Panjaitan | KD | Y |
KD-111-2-055 | Halimah Tussyakdiah Nasution | KD | N |
KD-111-2-056 | Elwistrihady | KD | Y |
KD-111-2-057 | Magdalena Gultom | KD | Y |
Konjungtivitis
B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1
Latar Belakang Masalah
Konjungtivitis adalah peradangan
selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak
mata.Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah
satunya adalah mata merah.Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.
Konjungtivitis virus biasanya
mengenai satu mata.Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair.Kotoran mata
ada, namun biasanya sedikit.Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua
mata.Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna
kuning kehijauan.Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya,
selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga
seringkali dirasakan dihidung.Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata
sangat berair.Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang
disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak.Biasanya mengenai kedua
mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul
benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena
akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter
tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga
infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi
kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.
Obat tetes atau salep antibiotik
biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik
juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada
konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah
mata untuk meringankan gejala.Tablet atau tetes mata antihistamin cocok
diberikan pada konjungtivitis alergi.Selain itu, air mata buatan juga dapat
diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan
alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata.Untuk konjungtivitis
papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan dengan benda yang
diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa kontak.Selain itu
dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dan rasa
gatal di mata.
Pada dasarnya konjungtivitis adalah
penyakit ringan, namun pada beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit
yang serius.Untuk itu tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter mata jika
terkena konjungtivitis.
B A B II
I S I
2.1
Anatomi Mata
Orbita digambarkan sebagai piramid
berdinding empat yang berkonvergensi ke arah belakang.Dinding medial orbita
kiri dan kanan terletak paralel dan dipisahkan oleh hidung.Pada setiap orbita,
dinding laretal dan medial membentuk sudut 45 derajat. Tulang pembentuk orbita:
1.
Os. Frontal
2.
Os. Spenoidal
3.
Os. Zygomaticus
4.
Os. Palatinum
5.
Os. Maxila
6.
Os. Ethmoidales
7.
Os. Lakrimalis
|
Orbita berbentuk buah pir, dengan
nervus optikus sebagai tangkainya.Lingkaran anterior lebih kecil sedikit
daripada lingkungan di bagian dalam tepiannya yang merupakan pelindung yang
kuat.Volume orbit kira-kira 30cc dan bola mata hanya menempati seperlima bagian
ruangan, selebihnya diisi lemak dan otot.Pada bagian anterior, terdapat septum
orbitae (pemisah antara palpebra dan orbita). Orbita berisi:
o
Otot penggerak bola mata
o
N. Optikus
o
Glandula Lakrimalis
o
Lemak
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di
atas.Sinus maksilaris di bawah, sinus ethmoidalis dan sinud sphenoid di
medial.Dasar orbita yang tipis mudah rusak oleh trauma langsung terhadap bola
mata sehingga menimbulkan “fraktur blow-out” dengan herniasi isi orbita ke
dalam antrum maksilaris.Infeksi pada sinus ethmoidalis dan sphenoid dapat
mengikis dinding medialnya yang setipis kertas (lamina papyracea) dan mengenai
orbita. Defek pada atapnya (misal: neurofibromatosis) dapat berakibat timbulnya
pulsasi pada bola mata yang berasal dari otak.
Dinding Orbita
o
Atap orbita => terdiri dari facies orbitalis osis
frontalis. Di bagian anterior lateral atas, terdapat fosa lakrimalis yang
berisi kelenjar lakrimal. Di posterior atap, terdapat ala parva osis sphenoid
yang mengandung kanalis optikus.
o
Dinding lateral => dipisahkan dari bagian atap oleh
fisura ortalis superior yang memisahkan ala parva dan ala magna osis
sphenoidalis. Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitalis
osis zygomatici (malar), merupakan bagian terkuat orbita.
o
Dasar orbita => dipisahkan dari dinding lateral
oleh fisura orbitalis inferior. Bagian dasar yang luas terbentuk dari pars
orbitalis osis maksilaris (merupakan tempat yang paling sering terjadinya
fraktur). Processus orbitalis osis platini membentuk daerah segitiga kecil pada
dasar posterior.
Apeks Orbita
merupakan tempat masuknya semua saraf dan pembuluh
darah ke mata serta merupakan tempat asal semua otot ekstraokuler kecuali
obliquus inferior.
o
Fisura orbitalis superior =>
- vena ophthalmika superior, nervus lakrimalis, frontalis, dan trabekularis => berjalan di bagian lateral fisura (di luar anulus Zinn)
- Ramus superior dan inferior nervus okulomotorius, nervus abducens dan nasosiliaris => berjalan di bagian medial fisura (di dalam anulus Zinn)
- Vena ophthalmika superior sering bergabung dengan vena ophthalmika inferior sebelum keluar dari orbita.
o
Kanalis Optikus (di dalam anulus Zinn) => dilalui
nervus optikus dan arteri ophthalmika
Perdarahan
Arteri Carotis Interna => Arteri Opthalmika
(berjalan dengan nervus optikus menuju optikus menuju orbita dan bercabang)
o Arteri
Retina Sentralis (cabang intraorbita pertama, memasuki nervus optikus sekitar
8-15mm di belakang bola mata.
o Arteri
Lakrimalis => perdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas.
o Arteri
Siliaris Posterior Longa dan Brevis (cabang muskularis ke berbagai otot orbita)
Longa => perdarahi korpus siliare dan beranastomose dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.
Longa => perdarahi korpus siliare dan beranastomose dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.
o Brevis =>
perdarahi khoroid dan bagian nervus optikus.
o Arteri
Siliaris Anterior (cabang muskularis menuju muskuli recti) => perdarahi
sklera, episklera, limbus, konjungtiva.
o Arteri Palpebralis
(cabang ke kelopak mata)
ACPL (Artery Cyliaris Posterior
Longus) + ACA (Artery Cyliaris Anterior) => Di pangkal iris membentuk
sirkulus arteriosus mayor.
Bola Mata
Bola mata dewasa normal hampir
mendekati bulat dengan diameter anteroposterior sekita 24, 5 mm. Pada saat
payi, panjangnya 16,5 mm. Bola mata dewasa normal hampir memendek.
|
|
Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang
transparan dan tipis yang membungkus:
1. Permukaan posterior kelopakmata
=> konjungtiva palpebralisK. Palpebralis melekat erat ke tarsus
2. Permukaan anterior sklera =>
konjungtiva bulbaris
K. bulbaris melekat longgar ke
septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali.Pelipatan ini memungkinkan
bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.Kecuali di
limbus (tempat kapsul tenon menyatu dengan konjungtiva sejauh 3 mm),
konjungtiva bulbaris melekat longgar dengan kapsul tenon dan sklera di
bawahnya.
3 Konjungtiva fornik
Perdarahan konjungtiva tarsal dari
arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Persarafannya berasal dari
cabang pertama nervus V.
Kapsul Tenon (Fascia Bulbi)
Kapsula tenon merupakan membran
fibrosa yang membungkus bola mata dari limbus sampai ke nervus optikus. Di
dekat limbus, konjungtiva-kapsula tenon-dan episklera menyatu.Segmen bawah
kapsula tenon tebal dan menyatu dengan fasia muskulus rektus inferior dan
muskulus obliquus inferior membentuk ligamentum suspensorium bulbi (ligamentum
lock-wood), tempat terletaknya bola mata.
Sklera dan Episklera
Sklera merupakan 5/6 bagian dinding
bola mata berupa jaringan kuat yang berwarna putih.Permukaan luar sklera
anterior dibungkus oleh lapisan tipis jaringan elastik halus yang disebut
episklera.Dibagian anterior, sklera bersambung dengan kornea dan dibagian
belakang bersambung dengan duramater nervus optikus.Beberapa sklera berjalan
melintang bagian anterior nervus optikus sebagai Lamina Cribrosa.Persarafan
sklera berasal dari saraf-saraf siliaris.Episklera banyak mengandung pembuluh
darah.Lapisan pembungkus mata bagian luar :
1. Episklera
2. Sklera
3. Lamina
Fusca=> lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera yang membentuk
lapisan luar ruang suprakoroid.
Kornea
Kornea merupakan lapisan transparan
yang melapisi 1/3 depan bola mata. Permukaannya licin dan mengkilat.Lebih tebal
di bagian pinggir dari pada sentral.Indeks biasnya 1,337 dengan daya refraksi +
42 dioptri.
Kornea bersifat avaskuler sehingga
nutrisinya berasal dari pembuluh darah limbus, air mata, dan akuos
humor.Dipersarafi oleh nervus ophthalmicus). Lapisan kornea :
1. Epitel :
terdiri dari 5-6 lapis sel berbentuk kubus sampai gepeng.
2. Membrana
Bowman : Lapisan jernih aseluler.
3. Stroma :
terdiri dari kumpulan sel yang membentuk jaringan ikat yang kuat.
4. Membrana
Dessement : sebuah membran jernih yang elastik, tampak amorf.
5. Endotel :
merupakan satu lapis sel berbentuk kubus.
Bila ada infeksi kronik, kornea akan
memutih dan terbentuk vaskuler pada kornea.
Uvea
Uvea merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh sklera dan.Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Terdiri dari:
o
Iris
merupakan perpanjangan korpus siliare ke anterior. Di
dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot dilatator. Perdarahan iris berasal
dari circulus mayor iris, persarafannya berasal dari serat di dalam nervi
siliare.Iris berfungsi mengendalikan banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.
Ukuran pupil ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik
yang dihantarkan melalui N. Kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh
aktivitas simpatik.
o
Korpus Siliare
Korpus siliare dan epitel siliaris pembungkusnya
berfungsi untuk produksi akuos humor.Muskulus siliaris tersusun dari gabungan
serat longitudinal, sirkuler, radial.Fungsi serat sirkuler adalah untuk
mengerutkan dan relaksasi serat Zonula yang berorigo di lembah di antara
prosesus siliaris.
o
Koroid
merupakan segmen posterior dari uvea, di antara retina
dan sklera. Tersusun dari 2 lapis pembuluh darah
Lensa
Lensa merupakan struktur bikonveks,
avaskuler, tak berwarna, dan hampir transparan sempurna.Lensa Kristalin =>
saat neonatal bentuknya hampir bulat dengan konsentrasi cair.Daya akomodasinya
sangat kuat.Lensa kristalin ini tumbuh seumur hidup di ekuator lensa sehingga
semakin tua lensanya semakin padat dan daya akomodasinya turun.
Saat dewasa, bentuknya cembung ganda, permukaan anterior lebih flat dibanding posterior. Diameter 9 mmm, tebal 4,5-6 mm. Warnanya bening keabuan, transparan, avaskuler. Daya refraksinya +16 dioptri, indeks bias 1,337.
Saat dewasa, bentuknya cembung ganda, permukaan anterior lebih flat dibanding posterior. Diameter 9 mmm, tebal 4,5-6 mm. Warnanya bening keabuan, transparan, avaskuler. Daya refraksinya +16 dioptri, indeks bias 1,337.
Konsistensinya 65% air dan 35%
protein (kristalin). Kandungan kalsium lensa lebih banyak dari pada jaringan
tubuh lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi.Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah.Menggantung pada korpus
siliare melalui Zonula Zinii. Di anteriornya terdapat akuos humor dan di
posteriornya terdapat vitreus humor.
Aquous Humor
Akuos humor merupakan cairan yang
mengisi COA, diproduksi oleh korpus siliare di COP (Camera Oculi Posterior)
yang selanjutnya mengisi COA dan
diekskresi melalu trabukula. Sepuluh persennya diekskresikan melalui iris.
Fungsi:
o
Nutrisi lensa dan kornea sampai epitel
o
Pertahankan TIO normal 10-20 mmHg.
Kamera Okuli Anterior (COA)
Sudut COA merupakan terbentuk dari perifer
kornea dengan akar iris, besarnya 45'. COA berisi cairan Akuos humor yang
dihasilkan corpus siliaris. Garis Schwalbe merupakan tanda dari
berakhirnya kornea.Jalinan trabekula terdapat di atas kanalis Schlemm.
Retina
Retina merupakan jaringan saraf tipis yang semi
transparan, membentang dari papil saraf optic ke depan sampai Oraserata.
Tebalnya 0,1 mm, dan semakin tebal pada bagian posterior. Pada retina terdapat
:
o
Makula => merupakan pigmentasi kekuningan
(Xantofil) yang membatasi arcade arteri retina sentralis sehingga Fovea menjadi
avaskular
o
Fovea => merupakan bagian di tengah makula,
merupakan cekungan sehingga menghasilkan pantulan khusus dengan ophthalmoscop
yang disebut refleks fovea.
o
Foveola => bagian paling tengah dari Fovea.
Seluruhnya berupa sel Cone/ Sel kerucut (sel foto reseptor) dan semakin ke
perifer digantikan oleh sel Rod.
Vitreus
Korpus vitreus mengisi 2/3 bagian
isi bola mata dan mempertahankan bentuknya selalu bulat.Konsistensinya 99% air
dan berbentuk gel.
ADNEKSA MATA
Alis Mata
Alis mata merupakan lipatan kulit
menebal yang ditutupi rambut. Lipatan kulit ini ditunjang oleh serat otot di
bawahnya. Glabela merupakan prominentia tanpa rambut di antara alis.
Palpebra
Palpebra merupakan modifikasi
lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.
Struktur palpebra :
o
Lapisan Kulit => lapisan kulit luar, berbeda dengan
kulit pada bagian tubuh lain karena lebih longgar, tipis, dan elastik. Terdapat
sedikit folikel rambut dan lemak subkutan.
o
Muskulus Orbikularis Okuli => berfungsi untuk
menutup palpebra. Dipersarafi oleh N. Facialis.
o
Jaringan Alveolar => jaringan aerolar submuskular
yang terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli.
o
Tarsus => struktur penyokong utama palpebra berupa
jaringan fibrosa padat. Terdapat tarsus superior dan inferior.
o
Konjungtiva Palpebra => selapis membran yang
melekat pada tarsus di bagian posterior palpebra.
Tepian Palpebra:
1. Tepian
Anterior
o
Bulu mata
o
Glandula Zeis => modifikasi kelenjar sebasea kecil
yang bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
o
Glandula Moll => modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
2. Tepian
Posterior => bagian posterior palpebra yang berkontak dengan mata dan
di sepanjangnya bermuara dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(Glandula Meibom)
3. Punktum
Lakrimale
Aparatus Lakrimalis
Terdiri dari glandula lakrimalis
> duktus sekretori > menyebar di permukaan mata > masuk ke punctum
superior atau inferior > menuju kanalis superior atau inferior > menyatu
di kanalis komunis > sakus lakrimalis > duktus lakrimalis > bermuara
pada meatus inferior dari rongga nasal.Pasokan darah dari aparat lakrimal
berasal dari arteria lakrimalis.
PERSYARAFAN MATA
Nervus Optikus
Nervus opticus merupakan kumpulan
dari 1 juta serat saraf. Terdapat beberapa bagian :
o
Pars Intra Okuler. Terdapat papil saraf optik berwarna
merah muda dengan diameter 1,5 mm, berbatas tegas, tempat keluar masuk arteri
dan vena sentralis retina. Terdapat cekungan (cup) normal dibanding papil
(disc) dengan C/D = 0,3.
o
Pars Intra Orbita. Keluar dari sklera, diameter 3 mm,
panjang 25-30 mm. Berbentuk S dan berjalan dalam muskular memasuki foramen
optikum 4-9 mm.
o
Pars Intra Kranial.Panjangnya 10 mm dan bergabung
dengan nervus optikum sebelahnya membentuk kiasma optikum.
Ganglion retina dan aksonnya merupakan bagian dari
susunan saraf pusat sehingga tidak dapat beregenerasi bila terpotong.Mendapat
pasokan darah dari cabang arteri retina.
Kiasma Optikus
Kiasma dibentuk dari pertemuan kedua nervi optici dan
merupakan tempat penyilangan serat-serat nasal ke tractus optikus. Kiasma
menerima perdarahan dari circulus Willis.
Anatomi
dan Fisiologi Otot Penggerak Bola Mata
Untuk diagnosis kelainan pergerakan
mata, diperlukan penentuan kedudukan atau posisi bola mata. Ada 9 posisi:
1. Posisi
primer => mata melihata lurus ke depan
2. Posisi
Sekunder => mata melihat lurus ke atas, bawah, kiri, dan kanan
3. Posisi
Tertier => mata melihat ke atas kanan, atas kiri, bawah kanan, dan bawah
kiri.
Pergerakan bola mata dilakukan oleh
3 pasang otot mata luar.
1. Otot rektus
medius (N III = okulomotorius) => adduksi => gulirkan bola mata ke
arah nasal
2. Otot rektus
lateral (N VI = abdusen) => abduksi => gulirkan bola mata ke arah
temporal
3. Otot rektus
superior (N III)=> elevasi, adduksi, intorsi bola mata.
4. Otot rektus
inferior (N III)
5. Otot oblik
superior (N IV = troklear)
6. Otot oblik
inferior (N III)
Masing-masing otot rectus berorigo
pada sklera di depan ekuator (bagian tengah mata). Masing-masing otot obliq
berorigo pada sklera bagian lateral di belakang ekuator.Otot levator tidak
termasuk otot mata karena tidak berorigo pada bola mata. Fungsi levator:
Menaikkan bola mata.
2.2
Defenisi
Konjungtivitis adalah
peradangan pada konjungtiva dengan ditandai dengan mata merah (Dorland, 2002).dimana batasnya adalah dari kelopak
matahingga sebagian bola mata. Konjungtivitis merupakan radang
konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola
mata, dalam bentuk akut maupun kronis.
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing, dan adenopatipreaurikular.
Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva.Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing, dan adenopatipreaurikular.
Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva.Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.
2.3
Klasifikasi
Berdasarkan onset /
waktu terjadinya penyakit :\
·
Konjungtivitis Hiperakut
·
Noenatorum Gonoroe Conjunctivitis
·
Chemical Conjunctivitis
·
Adult Gonoroe Conjunctivitis
·
Konjungtivitis Akut
·
Cataralis Acute Conjunctivitis
·
Adult Inclusion Conjunctivitis
·
Blennorhoe Inclusion Conjunctivitis
·
Acute Follicular Conjunctivitis
o
Pharyngo Conjunctival Fever (PCF)
o
Epidemic KeratoConjunctivitis (EKC)
o
Herpes Simpleks Conjunctivitis (HSC)
o
New Castle Conjunctivitis (NCC)
o
Acute Haemorrhagic Conjunctivitis (AHC)
o
Inclusion Conjunctivitis
o
Other Clamidya Conjunctivitis
·
Konjungtivits Kronik
·
Konjungtivitis Trakoma
·
Konjungtivitis Non-Trakoma
Berdasarkan
etiologi :
·
Konjungtivitis Bakteri
·
Konjungtivitis Klamidia
·
Konjungtivitis Virus
·
Konjungtivitis Alergi
2.4
Epidemiologi
Konjungtivitis adalah
diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok penyakit yang terjadi di seluruh
dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan kedua gender.8 Meskipun
tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata insidensi atau prevalensi
dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab
paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya.2 Konjungtivitis
jarang menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau kerusakan
struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan waktu
kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. Sekitar 2%
dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya
adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea.8 Untuk konjuntivitis yang
infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70%
adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh
konjungtivitis akut di poli umum.Occular cicatrical pemphigoid dan
konjungtivitis neoplasma jarang tampak.
2.5
Etiologi
1.
Konjungtivitis Bakterial
a.
Hiperakut (purulen) : Neisseria
Gonnorhoea, N. Meningitis, N. Gonorrhoea sub kochii
b.
Akut (Mukupurulen): Pneumokokkus/ Strept
Pneumoniae, Haemophillus Aegyptius (iklim tropik)
c.
Subakut :Haemophillus Influenzae (iklim
sedang)
d.
Menahun : Staphilococcus aureus, Maxella
Lacunata
e.
Lain-lain : Streptococci, Calliform,
Corynebact.Diptheriae, M.
Tuberculose.
2.
Konjungtivitis Klamidial
a.
Trachoma (Chlamydia Trachomatitis
Serotipe A-C),
b.
Konjungtivitis Inklusi (Chlamydia
trachomatis Serotipe D-K),
c.
Limfogranuloma Venerum (LGV).
3.
Konjungtivitis Virus
a.
Konjungtivitis folikuler virus akut:
demam faringokonjungtivitis (Adenovirus tipe 3 dan 7), kerotokonjungtivitis
epidemika (Adenovirus tipe 8 dan 19), virus herpes simplex, konjungtivitis
hemoragik akut (Enterovirus tipe 70)
b.
Konjungtivitis folikuler virus menahun :
virus molluscum contagiosum
c.
Blefarokonjungtivitis karena virus :
Varicella, herpes zoster.
4.
Konjungtivitis Ricketsia, Konjungtivitis
non purulen dengan hyperemia.
5.
Konjungtivitis Fungal
a.
Eksudatif menahun : Candida
b.
Granulomatosa : Rhinosporidium Seeberi,
Sporotix Schenckii.
6.
Konjungtivitis Parasitik,
Konjungtivitis
dan blefarokonjungtivitis menahun : Ascaris Lumbricoides, Taenia Solium,
Schistosa Haemotobium, Loa-Loa.
7.
Konjungtivitis Immunologik (allergic)
a.
Reaksi hipersensitivitas segera
(humoral)
b.
Reaksi hipersensitivitas tertunda
(seluler)
c.
Penyakit autoimun
8.
Konjungtivitis Kimia atau iritatif
a.
Latrogenik : miotika Idoxuridine, Obat
topical lain, larutan lensa kontak
b.
Berhubungan denga pekerjaan : asam,
basa, asap, angin, cahaya ultra violet, bulu ulat.
9.
Konjungtivitis Etiologi yang tidak dapat
diketahui,
Folikulosis,
Konjungtivitis folikuler menahun, psoriasis, dermatitis herpetiformis,
Epidermolisis Bulosa, konjungtivitis Ligneosa.
2.6
Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan
dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat
besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva
berupa tear film yang juga berfungsi
untuk melarutkan kotoran-kotoran dan
bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi
konjungtivitis.
Konjungtivitis
merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat,ada yang
bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari faktor penyebab
konjungtivitis dan faktor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien.
Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2
minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis,dan bila
tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea
mata atau komplikasi lain yang sifatnya lokal dan sistemik.
Konjungtiva karena
lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang
mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi
luar.Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air
mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk
lisozim.Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang
diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel dan
granuloma.Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva dan hipertrofi
lapis limfoid stroma.Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui
epitel kepermukaan.Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel
goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada
konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior,
menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah
limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengakakan dan
hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores,panas,atau gatal. Sensasi ini mernagsang sekresi air mata.Transudasi
ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi dan menambah jumlah air
mata.
2.7
Manifestasi
Klinik
Injeksi
Konjungtiva
|
Injeksi
Siliaris
|
|
Kausa
|
Iritasi,
Konjungtivitis
|
Keratitis,
Iridosiklitis, Glaukoma Akut
|
Lokasi
|
Forniks
ke limbus makin kecil
|
Limbus
ke forniks makin kecil
|
Warna
|
Merah
terang
|
Merah
padam
|
Pembuluh
darah
|
Bergerak
dengan dengan konjungtiva
|
Tidak
bergerak
|
Adrenalin
|
Menghilang
|
Menetap
|
Sekret
|
Sekret
(+)
|
Lakrimasi
(+)
|
Intensitas
Nyeri
|
Sedikit
|
Nyeri
|
a. Injeksi
konjungtiva
Gejala ini adalah pelebaran arteri konjungtiva posterior, yang memberi
gambaran pembuluh darah yang berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva
bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakk
b.
Folikel
Gejala ini adalah kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva,
besarnya kira-kira 1mm. Tonjolan ini miripnvesikel. Gambaran permukaan folikel
landi, licin abu-abu kemerahan karena adanya pembuluh darah dari pinggir
folikel yang naik ke arah puncak folikel. Di bawah folikel terdapat
cairan keruh yang terdiri atas sebukan sel limfoid. Konjungtiva terutama
forniks yang kaya akan jaringan limfoid mudah memberi reaksi pembentukan
folikel. Karena itu iritasi biasa, seperti kena angin debu dapat menyebabkan
terbentuknya folikel di forniks.Adanya beberapa folikel saja pada forniks
tidaklah berarti suatu kelainan yang aktif.
c.
Papil raksasa (cobble-stone)
Terminologi ini adalah kata berasal dari bahasa inggris yang berarti batu
krikil, yang biasanya tampak pada bagian tarsus superior.Cobble-stone berbentuk
poligonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar. Pada cobble-stone
pembuluh darah berasal dari bawah sentral
d.
Flikten
Adalah tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik dibawah epitel
konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel
mengalami nekrosis. Warna flikten keputih-putihan,padat dengan permuaan yang
tidak rata. Di sekitarnya diikuti pembuluh-pembuluh darah.Flikten umumnya
kecil, tetapi sering pula lebih besar dari 1 mm. Di atas flikten tidak terdapat
pembuluh darah, flikten paling sering didapatkan di limbus.
e.
Membran
Merupakan massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar
atau seluruh konjungtiva. Paling sering meutupi konjungtiva tarsal.Massa putih
ini dapat berupa endapan sekret, sehingga mudah diangkat, dan ini sering
disebut pseudomembran. Selain itu massa putih yang menutupi konjungtiva dapat
berupa koagulasi dan nekrosiskonjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut
membran.
f.
Sikatriks.
Yang perlu diketahui, sikatriks yang khas untuk trakhoma adalah berupa
garis-garis putih halus pada konjungtiva tarsalis superior apabila sikatriks
ini melewati pembuluh darah, maka pembuluh darah tersebutseolah-olah terputus.
2.8Diagnosa
a. Anamnesis
Gejala penting konjungtivitis
adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar
mata, gatal dan fotofobia.
b. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit
mata sebelumnya dan penggunaan lensa kontak
c. Riwayat keluarga
Riwayat
dalam keluarga seperti glaukoma
d. Pemeriksaan fisik
Tanda penting konjungtivitis adalah
hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis
(edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.
2.9Pemeriksaan
Penunjang
a. Konjungtivitis
Bakterial
Pada kebanyakan kasus
konjungtivitis bakterial, organisme dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik
terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa;
pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear.Kerokan
konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua
kasus dan diharuskan jika penyakit ini purulen, bermembran atau
berpseudomembran. Studi sensitivitas
antibiotika juga baik , namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotik
empirik. Bila hasil tes sensitivitas antibiotik telah ada, terapi antibiotik
spesifik dapat diteruskan.
b. Konjungtivitis
Klamidia
Trachoma.Inklusi
klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa,
namun tidak selalu ada. Inklusi ini pada sediaan dipulas Giemsa tampak sebagai
massa sitoplasa biru atau ungu gelap yang halus, yang menutupi inti dari sel
epitel. Pulasan antibodi Fluorescein dan tes immuno - assay enzim tersedia di
pasaran dan banyak dipakai di laboratorium klinik.Tes baru ini telah
menggantikan pulasan Giemsa untuk sediaan hapus konjungtiva dan isolasi agen
klamdial dalam biakan sel.Secara morfologik, agen trachoma mirip dengan agen
konjungtivitis inklusi, namun keduanya dapat dibedakan secara serologik dengan
mikroimunofluorescens.Trachoma disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis serotipe
A, B, Ba atau C.
c.
Konjungtivitis
Inklusi ( Blenorrhea Inklusi, Paratrachoma)
Tes yang sama harus
dikerjakan seperti untuk trachoma ( di atass ). Pada oftalmia klamidia
neonatal, sediaan yang dipulas Giemsa sering memperlihatkan banyak inklusi.
Konjungtivitis inklusi disebabkan olah C trachomatis serotipe D-K, kadang
kadang dengan sedikit serotipe B. Penetapan serologik tidak berguna untuk
mendiagnosis infeksi mata, namun pengukuran kadar antibodi IgM sangat berharga
dalam mendiagnosis pneumonitis klamidia pada bayi.
2.10 Gambaran Histologi
Secara histologis,
lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel
silindris bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan
untuk dispersi air mata.Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan
sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen (Vaughan, 2010).
Stroma konjungtiva
dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan fibrosa
(profundus).Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang
sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan.Lapisan fibrosa tersusun dari
jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada
mata (Vaughan, 2010).
2.11 Diagnosa Banding
|
Konjungtivitis
|
Keratitis
|
Uveitis
Anterior
|
Glaukoma
Kongestif Akut
|
Visus
|
Normal
|
Tergantung
letak infiltrat
|
Menurun
perlahan, tergantung letak radang
|
Menurun
mendadak
|
Hiperemi
|
Konjungtiva
|
perikornea
|
siliar
|
Mix
injeksi
|
Epifora,
fotofobia
|
-
|
+
|
+
|
-
|
Sekret
|
Banyak
|
-
|
-
|
-
|
Palpebra
|
Normal
|
Normal
|
normal
|
Edema
|
Kornea
|
Jernih
|
Bercak
infiltrat
|
Gumpalan
sel radang
|
Edema,
suram (tidak bening), halo (+)
|
COA
|
Cukup
|
cukup
|
Sel
radang (+)
|
dangkal
|
H.
Aquous
|
Normal
|
normal
|
Sel
radang (+), flare (+), tyndal efek (+)
|
Kental
|
Iris
|
Normal
|
normal
|
Kadang
edema (bombans)
|
Kripta
menghilang karena edema
|
Pupil
|
Normal
|
normal
|
miosis
|
Mid
midriasis (d:5mm)
|
Lensa
|
Normal
|
normal
|
Sel
radang menempel
|
Keruh
|
Virus
|
Bakteri
|
Alergi
|
Toksik
|
|
Gatal
|
-
|
++
|
-
|
|
Mata merah
|
+
|
++
|
+
|
+
|
Hemoragi
|
+
|
+
|
-
|
-
|
Sekret
|
Serous mucous
|
Purulen, kuning, krusta
|
Viscus
|
-
|
Kemosis
|
±
|
++
|
++
|
±
|
Lakrimasi
|
++
|
+
|
+
|
±
|
Folikel
|
+
|
-
|
+
|
±
|
Papil
|
-
|
+
|
+
|
-
|
Pseudomembran
|
±
|
±
|
-
|
-
|
Pembesaran
kelenjar limfe
|
++
|
+
|
-
|
-
|
Panus
|
-
|
-
|
-
|
±
|
Bersamaan
dengan keratitis
|
±
|
±
|
-
|
±
|
Demam
|
±
|
±
|
-
|
-
|
Sitologi
|
Granulosit
|
Limposit, monosit
|
Eosinofil
|
Sel epitel, granulosit
|
2.12 Penatalaksanaan
a. Konjungtivitis
Bakteri Akut
Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan
mikrobiologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin,
gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa.Bila pengobatan
tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan
dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.Bila terjadi penyulit
pada kornea maka diberikan sikloplegik.
Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan
sediaan langsung dan bila ditemukan kumannya, maka pengobatan
disesuaikan.Apabila tidak ditemukan kuman pada sediaan langsung, maka diberikan
antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4
sampai 5 kali sehari.Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi
salep mata (sulfasetamid 10-15% atau khloramfenikol.Apabila tidak sembuh dalam
satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan
defisiensi air mata atau obstruksi duktus nasolakrimal.
b. Konjungtivitis
Gonore
Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram
Positif diplokok batang intraselular dan sangat dicurigai konjungtivitis
gonore.Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin salep dan
suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
c. Konjungtivitis
Virus Akut
·
Konjungtivitis demam faringokonjungtiva
Pengobatannya
hanya suportif karena dapat sembuh sendiri.Diberikan kompres, astringen,
lubrikasi, pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid
topikal.Pengobatan biasanya simtomatik dan antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder.
·
Keratokonjungivitis epidemic
Pengobatannya
dengan antivirus dan alfa interferon tidak umum untuk konjungtivitis
adenovirus.Astrigen diberikan untuk mengurangi gejala dan hiperemia.Pemberian
antibiotik adalah untuk mencegah infeksi sekunder.Steroid dapat diberikan bila
terlihat adanya membran dan infiltrasi subepitel.
d. Konjungtivitis
Alergi
Pengobatan
terutama dengan
menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium
kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul dengan kompres
dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan
antihistamin dan steroid sistemik.
2.13 Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi.beberapa diantaranya
bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem
organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi
awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan
membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan
komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.
2.14
Komplikasi
Penyakit radang mata
yang tidak segera ditangani/diobati bias menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi .Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi
retina
4. Komplikasi
pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis.
5. Komplikasi
pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6. Komplikasi
pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan
meninggalkan jaringan parut yang tebal dikornea yang dapat mengganggu
penglihatan , lama-kelamaan orang bias menjadi buta.
7. Komplikasi
konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikatrik dapat mengganggu
penglihatan.
BAB
III
P
E N U T U P
3. 1 Kesimpulan
Konjungtivitis adalah peradangan
pada konjungtiva dengan ditandai dengan mata merah (Dorland, 2002).dimana batasnya adalah dari kelopak
matahingga sebagian bola mata. Konjungtivitis merupakan radang
konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola
mata, dalam bentuk akut maupun kronis.
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik.
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik.
Secara histologis, lapisan sel
konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris
bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel epitel superfisial mengandung
sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk
dispersi air mata.Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan
sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen (Vaughan, 2010).
3. 2 Saran
Konjungtivitis
dapat dicegah dengan menghindari etiologinya. Jika akan diberikan obat, perlu
diperiksa secara mikrobiologi penyebab dari konjungtivitisnya. Karena beda
penyebab, beda terapinya.
Sebaiknya
kita menghindari orang yang terkena konjungtivitis dan lebih meningkatkan
imunitas tubuh dan kebersihan mata.
D A F T A R P U S T A K A
1.
J.G.F,
Francisco
dkk. 2010. KonjungtivadanKonjungtivitisdalam
: Vaughan D.G,dkk. OftalmologiUmumEdisi
17.Jakarta
: EGC.
2. Vaughan, Daniel G dkk. 1996. OftalmologiUmum. Jakarta: PenerbitWidyaMedika.
3.
Mansjoer, Arif. 2001. KapitaSelektaKedokteran.Ed.
3.Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
FakultasKedokteran
UI.
4. Ilyas,Sidartadkk.2002.IlmuPenyakit MataPerhimpunanDokterSpesialisMataIndonesia.Jakarta
:CV.SagungSeto.
5.
Jonathan, Gleadle. 2006. At
A Glance Anamnesis. Jakarta: PenerbitErlangga.
6.
Vaughan, Daniel G. dkk.2011. OftalmologiUmum. Jakarta : EGC
7.
Vaughan, Daniel dan Asbury Taylor. 2010.OftalmologiUmum.
Edisi ke-11.
Jakarta: WidyaMedika.
8.
Corwin, Elisabeth J. 2000.Patofisiologi. Jakarta: EGC
10.
Perdami.Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran ed-2. Jakarta: Sagung Seto. 2002.
Langganan:
Postingan (Atom)