BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
perkembangan evolusi, terdapat tiga mekanisme pengintegrasian fungsi berbagai
jaringan dalam organism multisel. Diperkirakan bahwa mekanisme pertama yang
muncul adalah difusi sinyal kimiawi dari satu kelompok sel ke kelompok lain
pada jarak terbatas dari sumbernya. Mekanisme primitive ini terlalu lamban dan
tidak terkendali untuk memenuhi kebutuhan metazoan yang lebih besar, dan
didukung oleh perkembangan sel sel saraf yang mampu berespns terhadap rangsang
luar dan mengantarkan sinyal melalui cabangsel panjang (akson_. Kemudian lagi,
dengan berkembangnya system sirkulasi pada hewan yang lebih besar, kedua system
integrasi tadi dibantu oleh terbentuknya kelenjar tanpa saluran (kelenjar endokrin)
yang menghasilkan sinyal kimiawi (hormone) yang diangkut darah menuju organ
sasaran jauh. Sinyal kimiawi demikian memiliki masa laten lebih panjang karena
berada dalam darah, tetapi ada keunggulannya karena dapat menghasilkan efek
yang lebih lama dibandingkan sinyal yang melalui saraf. Meskipun berkembangnya
satu demi satu, ketiga mekanisme inegratif itu terdapat pada mamalia jaman
sekarang : difusi jarak pendek bagi sinyal kimiawi (sitokin), berdistribusi
sinyal kimiawi dalam darah (hormone), dan pengaturan aksi potensial melalui
akson saraf panjang.
Kelenjar
endokrin utama adalah hipofisis, tiroid, paratiroid, pancreas, adrenal, pineal,
testis, ovarium dan plasenta. Kelenjar ini mempunyai susunan jaringan yang sangat
berbeda sehingga tidak dapat digolongkan dalam suusnan histologisnya. Meskipun tidak
memiliki ciri cirri sitologi yang sama, kelenjar kelenjar endokrin ini dapat
digolongkan berdasarkan sifat kimiawi hormonnya, seperti asam amino yang dimodifikasi,
peptide, protein, glikoprotein, dan steroid.
(1)
Kelenjar
endokrin telah diteliti dan digambarkan sebagai bagian yang terpisah, tetapi
pada dasarnya fungsi kelenjar ini saling berhubungan erat. Awalnya fungsi hormone
disimpulkan dengan mengobservasi efek penyakit, destruksi, atau pertumbuhan
kelenjar berlebih (2)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Defenisi
Kelenjar endokrin
adalah organ organ yang menghasilkan sekresi yang disebut hormone yang
dialirkan secara langsung ke dalam aliran darah dan sel sel glandular. Karena alas
an ini kelenjar endokrin dikenal sebagai kelenjar tanpa duktus. (2)
B. Gambaran
Umum Sistem Endokrin
System endokrin terdari
dari kelenjar kelenjar endokrion, Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan
sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri
dari deretan sel sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat
halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi
substansi kimia yang langsung dikeluarkan dalam pembuluh darah. Sekresinya kita
sebuh dengan hormone (3)
C. Fisiologi
Sistem Endokrin
Fisiologi system endokrin
terdiri dari 4 (empat) struktur dasar hormone secara kimiawi :
-
Derivat Asam Amino
Dikeluarkan oleh sel
kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla supra renal dan
neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinerfin.
-
Peptide / Derivat Peptide
Dibuat oleh kelenjar
buntu yang berasal dari jaringan alat pencernaan.
-
Steroid
Dibuat oleh kelenjar
buntu yang berasal dari mesotelium, contoh hormone testis, ovarium dan korteks
suprarenal
-
Asam Lemak
Merupakan biosintesis
dari dua FA, Contoh hormone prostaglandin (3)
D. Defenisi
Hormon
Hormone adalah pembawa
pesan kimia yang dilepaskan oleh kelenjar endokrin ke dalam sirkulasi. Setelah dilepaskan,
hormone mengalir dalam darah dan hanya mempengaruhi sel tubuh yang memiliki
reseptor (tempat pengikat) spesifik untuk hormone tersebut. Sel yang berespon
terhadap hormone tertentu disebut sel target untuk hormone tersebut (4)
Terdapat tiga kategori besar
hormone : pepida, steroid dan asam amino. Kebanyakan hormone, yang mencakup
semua hormone hipotalamus dan hipofisis, adalah hormone peptide. Hormon steroid
terbentuk dari kolesterol dan dapat larut menembus membrane sel. Hormone asam
amino terbentuk dari asam amino tirosin. (4)
E.
Klasifikasi
hormon Berdasarkan Fungsi
-
Hormon
perkembangan: hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan, pertumbuhan
dan reproduksi.
-
Hormon
metabolisme: hormon yang mempunyai peranan dalam proses metabolisme.
-
Hormon
trofik: hormon yang dihasilkan oleh suatu sistem yang merangsang kelenjar
endrokin untuk menghasilkan hormon.
-
Hormon
pengatur metabolisne mineral dan air: hormon yang mengatur homeostatik mineral
dan konservasi air tubuh.
-
Hormon
pengatur sistem kardiovaskuler: hormon yang mengatur aktivitas konduksi dan
kontraksi jantung.
F. Klasifikasi
Kelenjar Endokrin
a. Kelenjar
Hipofisis
cirri cirri kelenjar hipofisis memiliki tiga lobus. Lobus anterior
(adeno hipofisis) secara embriologis berasal dari ectoderm sepanjang faring
dorsal dan membentuk kantung yang dikenal sebagai kantung rathke.
Lobus
posterior (neurohipofisis) berukuran lebih kecil dan secara embriologis berasal
dari neuroektoderm.
Pars
intermedia, yang merupakan suatu struktur kecil dibagian tengan antara libus
anterior dan posterior, sebenarnya merupakan bagiand ari lobus anterior. Secara
embriologis kelenjar hipofisis berasal dari sel sel Krista neural. (6)
Hipofisis lobus anterior
Tabel
2. Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior
dan gangguannya.
Hormon yang dihasilkan
|
Fungsi dan gangguannya
|
Hormon Somatotropin (STH), Hormon
pertumbuhan (Growth Hormone / GH)
|
merangsang sintesis protein dan
metabolisme lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa)
dan otot. kekurangan hormon ini pada anak-anak-anak menyebabkan
pertumbuhannya terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan
menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada
saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari
tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.
|
Hormon tirotropin atau Thyroid
Stimulating Hormone (TSH)
|
Mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi tiroksin
|
Adrenocorticotropic hormone
(ACTH)
|
Mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk
mensekresikan glukokortikoid (hormon yang dihasilkan untuk metabolisme
karbohidrat)
|
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic
hormone (LTH)
|
Membantu kelahiran dan memelihara
sekresi susu oleh kelenjar susu
|
Hormon gonadotropin pada wanita :
1.
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
2.
Luteinizing Hormone (LH)
|
Merangsang pematangan folikel
dalam ovarium dan menghasilkan estrogen
Mempengaruhi pematangan folikel
dalam ovarium dan menghasilkan progestron
|
Hormone gonadotropin pada pria :
1. FSH
2.
Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
|
Merangsang terjadinya
spermatogenesis (proses pematangan sperma)
Merangsang sel-sel interstitial
testis untuk memproduksi testosteron dan androgen
|
Hipofisis pars media
Tabel 3.
jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media
hormon
|
Fungsi
|
MSH (Melanosit Stimulating Hormon)
|
Mempengaruhi warna kulit individu,
dengan cara menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini banyak dihasilkan
maka menyebabkan kulit menjadi hitam.
|
Hipofisis lobus posterior
Tabel
4. jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior
hormon
|
Fungsi
|
Oksitosin
|
Menstimulasi
kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses melahirkan
|
Hormon ADH
|
Menurunkan
volume urine dan meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh
darah
|
Penyakit kelenjar
hipofisis jarang ditemukan, dan dapat ditandai dengan kegagalan hipofisis
selektif atau total (panhipopituitarisme), gangguan pengelihatan, terdapat
kelebihan selektif hormone yang terkait hipofisis (tumor), dan
hiperprolaktibenemia (akibat lesi yang luas). Penyakit hipofisis termasuk :
o
Proses neoplasma intrinsic : dapat
menyebabkan kegagalan hipofisis, efek yang luas (nyeri kepala dan gangguan
pengelihatan_, dan peningkatan selektif pada hormone hormone terkait hipofisis
atau hiperprolaktinemia.
o
Inflamasi (tuberculosis, sarkoidosis)
dan invasi tumor ekstrinsik menyebabkan kegagalan hipofisis dan, kadang kadang
juga menyebabkan hiperprolaktinemua aibat gangguan inhibisi tonik oleh dopamine
terhadap pelepasan prolaktin.
o
Apopleksi hipofisis : infark tidak
berkaitan dengan hipotensi
o
Atrofi hipofisis L infark berkaitan
dengan hipotensi, sering terjadi pascamelahirkan (sindrom Sheehan). Kegagalan hipofisis
terjadi pada awal penyakit atau sampai 2 tahun setelah kejadian hipotensi
tersebut
o
Tumor hipofisis merupakan kelaiann
hipofisis yang paling sering terjadi dan merupakan 10% kasus neoplasma
intrrakranial. Tumor dilkasifikasikan menurut ukuran , yaitu : Mikroadenoma dan Makroadenoma (5)
b. Kelenjar
Tiroid
Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi
empat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan
terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea (Gambar 1).
Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya,
dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda.
Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas
dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus
tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang-kadang
terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring.
Kelenjar tiroid terletak di leher depan
setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri
dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah
pear, dengan apeks di atas sejauh linea oblique lamina cartilage thyroidea,
dengan basis di bawah cincin trakea 5 atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang
± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa
beratnya antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram
jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5 ml/menit/gram tiroid).
Sel-sel
epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan
pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan tempat hormon
tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang
dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang
terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini
mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium
serum dan dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium.
Tiroksin
(T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3) mengandung tiga atom
yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan T3, tetapi
apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon yang lebih
aktif daripada T4.
Fungsi
utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler.
Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses
metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh
peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi
oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon yang lain.
Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan
otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk
pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme seluler,
hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.6 Kelenjar tiroid
berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar
optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada
sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. (7)
jika
kadar normal tiroid mengalami gangguan maka akan terjadi hipotiroid (dibawah
normal) dan hipertiroid (8)
c. Kelenjar
Paratiroid
Kelenjar
ini merupakan kumpulan kelenjar kecil kecil yang terletak dibelakang kelenjar
tiroid. Hormone yang dihasilkannya disebut parathormon. Kelenjar paratiroid
merupakan bangunan kecil yang ukurannya sebesar kacang polong dan melekat pada
permukaan posterior kelenjar tiroid di debelah luar kapusal fibrosis tiroid.
Kelenjar tersebut secara anatomis terpisah menjadi dua buah kelenjar paratioid
superior dan dua buah kelenjar paratiroid inferior dengan drainase darah vena
lewat pleksus tiroideus pembuluh vena. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi,
jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6
milimeter, lebar 3 milimeter, dan tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran
makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratioid merupakan
bangunan yang terbungkus jaringan ikat dan memiliki dua jenis populasi sel :
chief cell dan sel sel oksifil. sel utama, yang mensekresi hormone paratiroid
(PTH), dan sel oksifilik, yang merupakan tahap perkembangan sel chief. Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih
besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam
sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan
setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar
binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil
masih belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama
yang tidak lagi mensekresi sejumlah hormone. Hipotiroid adalah suatu
kedaaan dimna kelenjar tiorid kurang aktif dan menhasilkan terlalu sedikit hormone.
Hiperparatioid adalah sebaliknya.
d. Kelenjar
Adrenal
Kelenjar adrenal berfungsi
melepaskan berbagai hormon ke dalam tubuh. Dua hormon penting yang dilepaskan
kelenjar adrenal adalah kortisol dan adrenalin. Kelenjar adrenal juga berperan
memengaruhi organ reproduksi, berperan dalam metabolisme, dan memproduksi
respon sistem saraf simpatik. Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal yang
terdiri atas dua bagian yaitu medula dalam (inner medulla) dan korteks luar
(outer cortex). Medula dalam menghasilkan epinefrin (adrenalin) sementara
korteks luar menghasilkan kortisol.
Kortisol adalah hormon steroid
yang digunakan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh selama periode stres.
Oleh sebab itu, kortisol disebut juga sebagai “hormon stres”. Kortisol bersifat
antagonis terhadap insulin dan bertugas memecah lemak dan protein sehingga
memainkan peran dalam mengontrol bagaimana tubuh menggunakan nutrisi. Kortisol
bisa menyebabkan penambahan berat badan untuk dua alasan. Pertama, kortisol
memindahkan lemak dari hati ke otot-otot perut, dan kedua, kortisol
meningkatkan nafsu makan.
Lapisan luar (korteks) dari
kelenjar adrenal menghasilkan kortisol, sedangkan lapisan dalam (medula)
menghasilkan epinefrin yang juga dikenal sebagai adrenalin. Epinefrin
(adrenalin) bekerja dengan sistem saraf simpatik untuk meningkatkan denyut
jantung. Adrenalin juga mendorong metabolisme karbohidrat. Ketika sistem saraf
pusat melihat adanya situasi berbahaya atau keadaan darurat, adrenalin akan
dilepaskan. Adrenalin meningkatkan denyut jantung, melebarkan otot-otot kaki,
dan meningkatkan gula darah dengan mendorong penggunaan glukosa. Peningkatan
aliran darah dan energi mempertinggi pengiriman oksigen dan glukosa ke otot dan
otak
e. Pankreas
Pankreas adalah suatu
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptida insulin, glukagon,
somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan.
Hormon peptida disekresikan dari sel – sel yang berlokasi dalam pulau – pulau
langerhans (β atau sel-B yang menghasilkan insulin, α2 atau sel-A yang
menghasilkan glukagon, dan α1 atau sel-D yang menghasilkan somatostatin).
Hormon – hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas
metabolik tubuh, dengan demikian membantu memelihara homeostasis glukosa darah.
Hiperinsulinemia dapat menyebabkan hipoglikemia berat. Sebaliknya kekurangan
insulin relatif ataupun absolut (seperti pada diabetes melitus) dapat
menyebabkan hiperglikemia berat.
Proinsulin disintesa dalam elemen
poliribosom endoplasmik sel β langerhans. Prohormon tersebut ditransfer ke
komplek golgi dan terjadilah perubahan proinsulin menjadi insulin dan ke
granul. Bila sel β terangsang dari granul ini akan keluar sejumlah ekuimolar
insulin dan peptida C ke sirkulasi. Peptida C tidak mempunyai efek biologis
tapi sebagai marker adanya sekresi insulin.
Insulin di sintesa di pankreas, dimana pankreas terdapat Sel2 pulau langerhans
dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Stimulasi reseptor α2
adrenergik akan menghambat sekresi insulin. Sebaliknya stimulasi reseptor β2
adrenergik agonis dan stimulasi saraf vagus akan merangsang sekresi insulin.
Sehingga dikatakan, Sel β langerhans adalah penghasil hormon insulin dan sel α
langerhans adalah penghasil hormon glukagon. Diabetes Mellitus (DM)
suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
BAB
III
PENUTUP
Hormon
merupakan suatu kelompok heterogen pesan-pesan kimia yang berperan
mengkoordinasi aktifitas berbagai jaringan dalam tubuh. Hormon beredar di dalam
sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Klasifikasi hormon
berdasarkan fungsi diantaranya: Hormon perkembangan, Hormon metabolisme, Hormon
trofik, Hormon pengatur metabolisne mineral dan air, Hormon pengatur sistem
kardiovaskuler: hormon bekerja dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada
permukaan sel sasaran. Produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak).
Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama
melalui kelenjar pituitari,
yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Ketika hormon menemukan sel
target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel
tersebut dan mengirimkan sinyal.
DAFTAR PUSTAKA :
(1). Bloom &
Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi Ed
12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
(2) Watson Roger. 2002.
Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan Ed.
10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
(4) Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku
Patofisiologi Ed. 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
(5) Davey Patrik. 2005. At
Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
(6) Heffner J. Linda dkk. At a Glance Sistem Reproduksi Ed 2.
Jakarta : EMS Erlangga Medical Series
(8) Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Ed. 15. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC